Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Soal Impor Beras Bulog 2014, Pemerintah Belajar dari Kesalahan

Pemerintah menjelaskan instruksi impor beras 2014 kepada Perum Bulog (Persero) merupakan langkah antisipatif, setelah Indonesia pernah mengecap pengalaman pahit akibat keterlambatan reaksi pemerintah dalam mengatasi defisit stok pada 2011.nn
Beras Impor. Pemerintah belajar dari kesalahan/Bisnis
Beras Impor. Pemerintah belajar dari kesalahan/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah menjelaskan instruksi impor beras 2014 kepada Perum Bulog (Persero) merupakan langkah antisipatif, setelah Indonesia pernah mengecap pengalaman pahit akibat keterlambatan reaksi pemerintah dalam mengatasi defisit stok pada 2011.

Wamen Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan pada 2011, pemerintah terlambat dalam memberikat instruksi kepada Bulog pada periode September-Oktober, saat harga internasional sudah mulai naik.

“Jangan seperti itu lagi. Kita harus bisa dapatkan harga yang memang betul-betul sesuai yang kita harapkan, yang paling tidak bersaing dengan kepentingan kita. Jangan beli telat. Mudah-mudahan kita tidak mengulangi kesalahan yang sama,” ujarnya, Senin (7/7/2014).

Dia mengungkapkan kebijakan impor beras Bulog tahun ini terpaksa dieksekusi karena 2 dari 3 indikator impor beras telah memancarkan lampu merah. Indikator tersebut a.l. angka ramalan (ARAM) 1 yang minus 1,98%, stok Bulog yang di bawah 2 juta ton, dan harga beras yang naik.

“Syukurnya, indikator ketiga belum terjadi. Jadi jangan menunggu. Kalau yang pertama ini sudah warning. Makanya, [Mendag Muhammad Lutfi] mengatakan Bulog harus segera menjamin stok, karena itu kuncinya.”

Tanpa menyebut angka spesifik, Bayu mengisyaratkan Bulog akan mengimpor beras di bawah 1 juta ton. “Tidak perlu sampai 1juta-1,5 juta ton, paling tidak dalam bulan ini tidak akan sebesar itu. Nnamun, kita harus memperkuat pasokan dan berjaga-jaga. Kalaupun [berasnya] berlum masuk sekarang, kita sudah punya barangnya di sana.”

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan produksi padi 2014 diperkirakan berjumlah 69,87 juta ton gabah kering giling (GKG) atau turun 1,41 juta ton (1,98%) dari capaian tahun lalu sejumlah 71,28 juta ton GKG.

Menurut Bayu, ARAM 1 yang negatif kemungkinan besar tidak akan disusul oleh lonjakan produksi besar untuk angka-angka ramalan selanjutnya. Apalagi, saat ini Indonesia tengah memasuki masa transisi pemerintahan.

Untuk dapat membuat gerakan peningkatan produksi padi, katanya, akan sangat sulit karena musim tanam 2 untuk periode 2014-2015 baru akan dimulai pada September-Oktober. “Jadi kita jangan ambil risiko dalam hal impor beras. Masuknya pun tidak harus ke Jawa, bisa ke gudang-gudang yang tidak terdapat di sentra produksi.”

Sementara itu, Dirjen Perdagangan Luar Negeri (Daglu) Bachrul Chairi menambahkan surat izin impor untuk Bulog belum diterbitkan. Namun, kemungkinan surat perizinan impor (SPI) yang diberikan nantinya juga akan mencakup izin untuk membeli beras premium.

 “Justru yang menyebabkan faktor deflasi adalah beras premium, karena kalau raskin kan mau tidak mau harganya tetap. Jadi, Bulog nanti akan mengimpor sedikit beras premium untuk meredam jika terjadi gejolak inflasi,” jelasnya.

 Pada perkembangan lain, dia juga mengungkapkan izin impor beras khusus tengah melalui proses untuk 26 perusahaan. Sepuluh di antaranya telah mengantongi pengakuan sebagai importir terdaftar (IT) beras.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper