Bisnis.com, JAKARTA--Raksasa agribisnis multinasional, Olam Internasional Ltd., turut menambah semarak bisnis penghiliran kakao nasional setelah meresmikan penanaman modal sebesar US$61 juta dolar pada pertengahan tahun ini.
Investasi itu digunakan korporasi yang berpusat di Singapura itu untuk membangun pabrik pengolahan biji kakao berkapasitas 60.000 ton/tahun yang dijadwalkan mulai beroperasi penuh pada awal 2016.
"Benar, yang jelas [pabrik Olam] masih di Jawa lah," kata Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Pieter Jasman kepada Bisnis, (2/6/2014).
Berdasarkan informasi dari situs Olam International Ltd., investasi pabrik pengolahan kakao di Indonesia menjadi krusial karena Nusantara dianggap sebagai salah satu penghasil biji kakao terbaik di dunia.
Managing Director & Global Head of Cocoa Olam International Ltd. Gerry Manley menilai Indonesia dapat menjadi sentra bisnis coklat seiring dengan laju peningkatan konsumsi di Asia.
Dia mengungkapkan, saat ini Asia sedang menapaki jalan menuju pemuncak konsumen coklat dunia, yang kemudian membuat produsen kakao harus memperkuat kuantitas dan kualitas produksinya.
"Kemampuan Indonesia untuk menjadi hub bagi kebutuhan Asia adalah landasan kami untuk percaya bahwa Indonesia sangat atraktif bagi investasi," tuturnya, seperti dilansir situs perusahaan.
Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) mencatat, sampai akhir tahun lalu kapasitas total industri pengolahan kakao di Indonesia mencapai 639.000 ton/tahun, yang 404.000 ton atau setara 74,95% diantaranya dikendalikan oleh perusahaan asing.
Apabila pabrik investasi Olam tersebut sudah beroperasi, maka perusahaan berbasis penanaman modal asing (PMA) akan memegang 77,46% dari seluruh industri pengolahan kakao di Indonesia yang memiliki kapasitas total 699.000 ton.