Bisnis.com, JAKARTA—PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mengaku optimis transmisi tegangan tinggi arus searah (high voltage direct current/HVDC) Sumatra Jawa 500 kilovolt (kV) akan selesai tepat waktu pada 2018.
Direktur Perencanaan dan Pembinaan Afiliasi PLN Murtaqi Syamsyuddin mengatakan perseroan tetap berusaha menyelesaikan proyek yang mampu mengalirkan daya 3.000 Megawatt (MW) dari Sumatra ke Jawa itu selesai sesuai target.
Dia menjelaskan tahap konstruksi bisa mencapai tiga tahun lebih. “Jadi, asalkan proses pendanaan segera rampung dan proyek konstruksi tahun depan maka pada 2018 akan bisa beroperasi,” katanya di Jakarta, Jumat (27/6).
Berdasarkan catatan Bisnis, proyek HVDC mentok dalam proses pembiayaan. Pendanaan proyek dibagi menjadi 4 tahap yang dibiayai JICA. Pendanaan tahap 1 dan 2 sebesar US$1,19 miliar sudah disetujui pemerintah.
Namun, memasuki pendanaan tahap 3 dan 4, proyek itu terganjal keputusan pemerintah membatasi utang luar negeri. Akhirnya, dana yang dibutuhkan sebelum melelang proyek kurang US$995 juta.
Pada rapat koordinasi Kementerian Koordinator Perekonomian dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pekan lalu, pemerintah menyatakan akan menggenjot empat proyek infrastruktur ketenagalistrikan yang mangkrak karena mengalami kendala pembiayaan.
Proyek HVDC senilai US$2,12 miliar menjadi salah satu proyek yang akan digenjot dan ditargetkan groundbreaking sebelum Oktober 2014.
Namun Direktur Utama PLN Nur Pamudji mengaku pesimis proyek akan groundbreaking sebelum Oktober. Pasalnya proyek masih terkendala pendanaan sehingga belum bisa melakukan penawaran lelang.
Proyek Sumatra-Jawa menjadi bagian dalam kerja sama Indonesia-Jepang melalui skema Metropolitan Priority Area (MPA). Kabel akan menghubungkan Bangko Tengah, Sumatra Selatan hingga Bogor, Jawa Barat.
Pada 2012, PLN telah menetapkan lima perusahaan yang lolos tahap prakualifikasi lelang, yakni Siemens dari Jerman, Hitachi dari Jepang, Toshiba dari Jepang, konsorsium ABB dari Swiss dan Marubeni dari Jepang, serta konsorsium Alstom asal Perancis dengan PT Wijaya Karya.