Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BBM Bersubsidi: Ini Penyebab Kerugian Pertamina

PT Pertamina (Persero) melakukan beberapa upaya untuk menekan kerugian yang dialami dalam menyalurkan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dengan skema public service obligation (PSO).
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) melakukan beberapa upaya untuk menekan kerugian yang dialami dalam menyalurkan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dengan skema public service obligation (PSO).

Berdasarkan catatan Bisnis, Pertamina terus merugi dalam menyalurkan BBM bersubsidi selama tiga tahun terakhir.

Kerugian Pertamina mencapai Rp970 miliar pada 2011, sementara pada 2012 kerugian mencapai Rp842 miliar.

Perusahaan pelat merah itu kembali merugi pada 2013 sebesar Rp331 miliar. Pertamina pun telah memprediksi mengalami kerugian pada tahun berjalan ini.

Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya Yuktyanta mengatakan Pertamina memiliki kebijakan mengalokasikan 70% belanja modal pada sektor hulu, sementara bisnis hilir hanya mendapatkan porsi 30%.

Bisnis hilir Pertamina memiliki tiga direktorat, yakni pengolahan, gas, dan marketing trading.

“Dari duit terbatas ini, mana yang jadi prioritas dan mampu menjadi driver untuk revenue Pertamina [untuk mengurangi kerugian],” katanya, Rabu (18/6).

Dia menjelaskan perusahaan pelat merah itu akan melakukan beberapa langkah untuk mengurangi kerugian dari bisnis hilir.

Antara lain, melakukan optimasi pada rantai distribusi dan penguatan infrastruktur, baik BBM, LPG, pelumas, maupun petrokimia.

Optimasi rantai distribusi, salah satunya dilakukan dengan meningkatkan jumlah kapal milik untuk efisiensi biaya pengiriman kargo yang sekaligus meningkatkan margin perusahaan.

“Pertamina akan membangun depot BBM atau storage baru dengan kapasitas sekitar 2 juta KL dengan nilai investasi US$130 juta,” jelasnya.

Pertamina juga sedang proses pembangunan lube oil blending plant (LOBP) dan juga grease plant dengan total investasi sekitar Rp1,3 triliun untuk sektor pelumas.

Hanung mengatakan bahwa pabrik pelumas tersebut akan menjadi yang terbesar dan tercanggih di Asia Tenggara.

Meski dirundung kerugian tiga tahun berturut-turut, Perseroan menargetkan revenue sebesar US$140 miliar per tahun yang berasal dari bisnis hilir pada visi Pertamina 2025. Sementara total target revenue perseroan mencapai US$200 miliar per tahun.

Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution Suhartoko mengatakan perseroan mengalami kerugian sejak 2011 dalam penyaluran BBM bersubsidi karena biaya yang dikeluarkan BUMN itu lebih besar dari biaya yang diganti Pemerintah.

Suhartoko menjelaskan ada dua tahap penyaluran BBM Subsidi. Pertama, pemerintah menugaskan Pertamina menyalurkan BBM PSO dengan sumber sumur yang ada di Indonesia. Kedua, Pertamina juga menjual BBM yang dibeli melalui impor.

Nantinya, Pertamina mendapatkan penggantian sesuai yang ditetapkan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara dengan acuan Means of Platts Singapore (MOBS) plus alfa. Alfa inilah yang kerap membuat Pertamina rugi karena persentasenya terlalu kecil.

“Kalau tidak mau Pertamina rugi, pemerintah koreksi mobs pluas alfa,” ujarnya.

Suhartoko mengaku tak bisa berbuat banyak untuk mengatasi kerugian Pertamina. Menurutnya, biaya terbesar penyaluran BBM PSO adalah biaya produksi baik yang dibeli dari impor maupun yang berasal dari sumur Pertamina.

“Struktur biaya mencapai 95%, sementara 5% berasal dari biaya operasi,” jelasnya.

Dia menjelaskan biaya operasi tidak dapat diefisiensi karena harga menganut harga pasar.

Efisiensi hanya bisa dilakukan pada persentase 5% dari biaya operasi.

Menurutnya, biaya operasi mulai dari mengangkut kapal dan mobil tanki sampai ke tangan konsumen mencapai 4% dari harga BBM.

“Karenanya, tidak banyak yang bisa kami lakukan,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fauzul Muna
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper