Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GULA IMPOR: Anggaran Kemenperin Dipangkas, Ancaman Ketergantung Kian Kuat

Indonesia kian dirongrong ancaman ketergantungan impor gula, bersamaan dengan pesimisme Kementerian Pertanian untuk mencapai target swasembada gula selama 5-6 tahun pascadipangkasnya anggaran Kementerian Perindustrian senilai Rp301,33 miliar.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA—Indonesia kian dirongrong ancaman ketergantungan impor gula, bersamaan dengan pesimisme Kementerian Pertanian untuk mencapai target swasembada gula selama 5-6 tahun pascadipangkasnya anggaran Kementerian Perindustrian senilai Rp301,33 miliar.

Dengan disetujuinya pemotongan anggaran tersebut oleh Komisi VI DPR RI, kementerian pimpinan Menperin M.S. Hidayat itu akan menghemat biaya untuk restrukturisasi mesin dan/atau peralatan industri gula sejumlah Rp20 miliar.

Konsekuensinya, otoritas pertanian terpaksa menunda target swasembada gula, baik dalam bentuk rafinasi maupun kristal putih.

Wamen Pertanian Rusman Heriawan memperkirakan pemangkasan anggaran tersebut dapat mengganjal produktivitas industri gula kristal putih.

Namun demikian, Penasehat Senior Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Yadi Yusriadi mengatakan masih ada kemungkinan kecil target swasembada dapat tercapai, sehingga lonjakan impor dalam jangka menengah dapat terhindarkan.

“Anggaran Kemenperin adalah untuk revitalisasi pabrik. Kinerja pabrik tidak hanya tergantung dari aspek investasi saja, tapi lebih banyak ditentukan oleh pengoperasiannya. Upaya peningkatan kinerja masih bisa dilakukan,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (17/6/2014).

Dalam jangka menengah, lanjutnya, masih terdapat optimisme bahwa impor gula akan berkurang. Namun, itu hanya bisa tercapai melalui optimalisasi kapasitas giling di Indonesia yang saat ini mencapai sekitar 225.000 ton/hari.

Selain itu, kata Yadi, untuk menghindari tekanan impor, produktivitas kebun tebu harus ditingkatkan sehingga rata-rata siap giling dalam rentang waktu 160 hari. Hanya saja, perhitungan tersebut didasari asumsi bahwa rendeman harus diupayakan mencapai 8,5%.

“Dengan demikian, harapannya produksi pabrik gula [PG] yang sudah ada dapat mencapai 3,06 juta ton. Itu sudah lebih dari cukup untuk gula konsumsi langsung. Tinggal untuk yang rafinasi harus ke arah basis tebu,” tuturnya.

Cara lain untuk menghindari ketergantungan impor gula adalah dengan mengoptimalkan peluang yang ada di luar Jawa.

Menurut Yadi, swasembada gula hanya dapat dicapai apabila ada pabrik-pabrik baru dengan total areal baru seluas minimal 650.000 hektare.

“Jadi, pemangkasan dana Kemenperin tersebut seharusnya dapat diantisipasi melalui pembenahan on maupun off farm. Produktivitas gula lebih banyak ditentukan pelaku untuk melakukan best practices farming and process.”

AGI memprediksi total produksi gula nasional tahun ini berkisar 2,5juta-2,6juta ton, tidak jauh berbeda dari produksi tahun lalu sebesar 2,55 juta ton.

Asumsi iklim normal tahun ini akan meningkatkan rendemen menjadi 8,08% dari 7,18% tahun lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper