Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rencana Kenaikan Harga Elpiji Bikin Runyam Dunia Usaha

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jabar menilai wacana kenaikan elpiji 12 kg setelah Lebaran akan mempersulit dunia usaha.

Bisnis.com, BANDUNG--Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jabar menilai wacana kenaikan elpiji 12 kg setelah Lebaran akan mempersulit dunia usaha.

Ketua PHRI Jabar Herman Muchtar mengungkapkan sejauh ini kontribusi biaya kebutuhan gas tersebut memang cukup kecil atau hanya sekitar 3%-5% dari biaya operasional keseluruhan.

"Tetapi yang perlu digaris bawahi adalah kebutuhan yang tampak kecil seperti ini, jika diakumulasikan dengan naiknya biaya kebutuhan lainnya, maka beban operasional pelaku juga jadi besar," katanya kepada Bisnis.com, Rabu (11/6/2014).

Sejauh ini, industri perhotelan dan restoran di Jabar khususnya di Bandung, masih harus menghadapi berbagai beban operasional lainnya seperti pajak air tanah serta listrik.

Di sisi lain, industri sendiri tidak bisa menaikan tarif hotel karena persaingan bisnis yang semakin ketat.

Okupansi hotel di Jabar sendiri saat ini masih dibawah 50% dan sementara untuk okupansi di Kota Bandung juga maksimal hanya 40%.

"Melihat kondisinya yang seperti ini, rasanya sulit untuk menyesuaikan tarif kembali sesuai dengan semakin meningkatnya beban operasional perusahaan,"
katanya.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat menolakrencana pemerintah untuk menaikkan harga gas elpiji 12 kilogram setelah Lebaran.

Ketua umum Apindo Jabar Dedy Widjaja mengatakan kenaikan yang direncanakan dinilai bisa memberatkan karena masih banyak pengusaha yang menggunakan gas elpiji 12 kg tersebut.

“Terutama pengusaha kecil pasti akan tertekan. Oleh karena itu, pemerintah harus memikirkan dengan matang soal rencana kenaikan ini,” katanya.

Dia memastikan kalangan pengusaha akan semakin terbebani dengan rencana kenaikan ini terlebih dengan beban kenaikan listrik belum lama ini.

Dia menjelaskan bahan baku elpiji itu didapat dan diolah di dalam negeri sehingga tidak ada alasan untuk menaikkannya. Berbeda dengan BBM yang bahan bakunya dari dalam negeri yang diekspor ke luar negeri, lalu kembali ke Indonesia.

“Jangan elpiji yang dinaikan, lebih baik BBM saja. Karena itu bisa menyebabkan defisit yang cukup besar setiap tahunnya,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper