Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) beberapa waktu lalu merilis posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2014 meningkat menjadi US$107,04 miliar dari posisi akhir April 2014 senilai US$105,6 miliar.
Dalam informasi yang ada di laman resminya, peningkatan cadangan devisa dipengaruhi oleh penerimaan devisa hasil ekspor migas pemerintah dan aliran masuk modal portofolio asing.
Melihat kondisi tersebut, Ekonom Universitas Indonesia Telisa Aulia Falianty mengatakan pemerintah harus waspada karena pendorong cadangan devisa dari ekspor migas dan investasi portofolio.
Menurutnya, investasi jenis itu sangat dipengaruhi oleh faktor ekternal. Jika kondisi perekonomian global tidak kondusif, investor akan dengan mudah mencabut investasi tersebut.
“[investasi portofolio] bagus hanya untuk jangka pendek, cepat masuk cepat keluar. Sementara neraca pembayaran kita renta jika hanya bertumpu pada portofolio. FDI [Foreign Direct Investment] yang bagus, lebih tahan lama,” ujarnya.
Selain itu, pemerintah perlu waspada dengan ekspor migas. Menurutnya harga komoditas tersebut masih rentan dengan dengan perubahan ekonomi global. Lifting minyak pun turun. Pemerintah harus mulai menggenjot komoditas lain.
“Produk manufaktur dan industri lebih bagus untuk dikembangkan,” ujarnya.
Seperti diketahui, posisi cadangan devisa akhir Mei 2014 dapat membiayai 6,2 bulan impor atau 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Bank Indonesia menilai kenaikan cadangan devisa berdampak positif terhadap upaya memperkuat ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.