Bisnis.com, JAKARTA—Kendati situasi makro mulai tidak nyaman memasuki awal kuartal II ini ditandai dengan perlemahan rupiah akibat melebarnya defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan,indeks keyakinan konsumen (IKK) hasil survei Bank Indonesia pada Mei naik 3 poin dari posisi April 113,9 menjadi 116,9.
Bank Indonesia (BI) menyebutkan peningkatan keyakinan konsumen itu didorong menguatnya persepsi konsumen baik terhadap kondisi ekonomi saat ini yang tercermin dalam indeks kondisi ekonomi (IKE) maupun kondisi ekonomi 6 bulan mendatang yang terlihat melalui indeks ekspektasi konsumen (IEK).
“IKE Mei 2014 naik 3,3 poin dari bulan sebelumnya 108,9 menjadi 112,2. Salah satu pemicunya adalah peningkatan pembelian barang tahan lama yang sebagian besar berupa produkproduk elektronik seperti handphone, televisi, AC, dan mesin cuci,” ungkap laporan survei bulanan konsumen BI, Rabu (4/6/2014).
Selain itu, masih dari laporan tersebut,kenaikan indeks kondisi ekonomi juga didorong oleh indeks ketersediaan lapangan kerja yang tercatat sebesar 5,9 poin, indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama sebesar 3,1 poin, dan indeks penghasilan saat ini sebesar 1,1 poin.
Di sisi lain, indeks ekspektasi konsumen naik 2,6 poin dari bulan sebelumnya menjadi 121,5. Survei bulanan konsumen BI ini juga menjelaskan kenaikan ekspektasi konsumen ini antara lain didorong oleh adanya perbaikan infrastruktur oleh pemerintah dalam 6 bulan ke depan.
Padahal, dalam catatan Bisnis, pemerintah telah memangkas belanja kementerian dan lembaga senilai total Rp100 triliun melalui APBNP 2014. Anggaran Kementerian Pekerjaan Umum sendiri dipangkas Rp22,75 triliun dari pagu awal Rp84,15 triliun, sebagian besar berupa belanja-belanja infrastruktur.
Dihubungi terpisah, ekonom CORE Hendri Saparini menilai kenaikan keyakinan konsumen tersebut lebih dipengaruhi akan adanya ekspektasi stabilitas ekonomi ke depan pasca pengumuman hanya ada dua calon pasangan presiden dan wakil presiden yang berkompetisi di Pemilu Presiden tahun ini.
Menurutnya, dengan hanya dua calon yang berkompetisi, masyarakat berharap akan cepatnya kepastian ekonomi lewat pemilu satu putaran. Dengan demikian, huru-hara dalam proses demokrasi tersebut akan berakhir. Kondisi ini berdampak pada adanya investor yang masuk.
“Ini lebih dipengaruhi karena ekspektasi masyarakat pada stabilitas ekonomi, setelah hanya ada dua calon [presiden dan wakil presiden] yang berarti hanya satu putaran pemilihan. Akan beda hasilnya kalau dua putaran, masih wait and see,” tuturnya.