Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Manggis ke China Menggeliat Lagi

Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Diperta) Jawa Barat menyatakan ekspor manggis ke China kembali menggeliat.
Manggis /herbzway
Manggis /herbzway

Bisnis.com, BANDUNG—Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Diperta) Jawa Barat menyatakan ekspor manggis ke China kembali menggeliat.

Kondisi ini dipacu para eksportir yang sudah mengikuti aturan distribusi produk ekspor hortikultura bebas pestisida ke China yang diberlakukan akhir 2013 lalu.

Kabid Produksi Hortikultura Diperta Jabar Obas Firmansyah menjamin petani manggis di kawasan ini tidak memproduksi manggis menggunakan pestisida.

"Biasanya eksportir yang menyemprot pestisida untuk menghindari semut saat dalam perjalanan," kata Obas kepada Bisnis, Selasa (2/6/2014).

Obas mengatakan mulai Maret 2014 setidaknya setiap bulan 2-3 ton manggis sudah mulai dikirim kembali ke China setelah Diperta mensosialisasikan kepada para petani dan eksportir untuk tidak menggunakan pestisida.

Obas mengatakan sekitar 80% produk manggis yang diekspor dari Indonesia berasal dari  Jabar, yang dihasilkan dari beberapa wilayah antara lain Sukabumi, Tasikmalaya, dan Purwakarta.

"Manggis Sukabumi misalnya, sudah banyak diekspor ke negara-negara  Asia Timur terutama China untuk diolah menjadi obat, sirup, dan bahan kosmetik," kata Obas.

Dia menyebutkan harga ekspor manggis bisa mencapai di atasRp20.000/kg, sementara untuk pasar lokal Rp15.000/kg.

Selain manggis, Jabar pun mengekspor buah mangga seperti jenis arum manis serta sayuran. Total ekspor produk hortikultura asal Jabar rata rata 30-35 ton/bulan.

Sementara pada tahun ini, Disperta menargetkan kenaikan sekitar 12% dibanding periode sebelumnya.

Secara terpisah, Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mencatat nilai tukar petani (NTP) subsektor hortikultura naik sebesar 1,28% dari 106,63 menjadi 108,00.

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jabar Dody Gunawan Yusuf mengatakan kenaikan tersebut dipacu indeks diterima petani (IT) yang naik 1,46% lebih tinggi dibandingkan indeks dibaya petani (IB) sebesar 0,17%.

“Naiknya pendapatan petani hortikultura dipacu kenaikan IT subkelompok tanaman obar sebesar 2,49%, IT subkelompok buah-buahan 1,68%, serta subsektor sayuran 1,16%,” ujarnya.

Dari sisi pengeluaran, katanya, pada IB juga terjadi kenaikan sebesar 0,17% dipacu indeks konsumsi rumah tangga naik 0,16% serta indeks biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,12%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper