Bisnis.com, SINGARAJA – Di tengah penurunan populasi ikan tuna di perairan Indonesia, Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPPOL) meluncurkan produk berbasis teknologi informasi yang memudahkan nelayan mendapatkan tangkapannya.
Agus Setyawan, Kepala BPPOL Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengatakan institusinya telah meluncurkan peta lokasi penangkapan ikan tuna yang bisa diakses secara online oleh kalangan nelayan melalui situs www.indeso.web.id
“Dengan peta ini, nelayan tidak perlu mencari – cari di mana lokasi ikan. Tinggal datangi lokasi sesuai dengan peta, dan langsung tangkap. Ini peta ikan hemat solar,” ujar Agus kepada wartawan pada acara press tour, di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (BPPBL) Gondol, Jumat (30/5/2014).
Menurut Agus, peta ini akan selalu diperbarui dalam setiap 5 hari.
Berdasarkan hasil riset Loka Penelitian Perikanan Tuna (LP2T), suhu optimum dan kedalaman renang masing – masing jenis tuna di Samudera Hindia berbeda-beda.
- Jenis tuna albakor (thunnus alalunga) dapat tertangkap pada interval kedalaman 86-125 meter dengan suhu 21-26 derajat Celcius.
- Jenis tuna madidihang (thunnus albacores)tertangkap pada kedalaman 86-168 meter dengan suhu 22-26 derajat Celcius.
- Jenis tuna mata besar (thunnus obesus) berada pada interval kedalaman 194-470 meter dengan suhu 8-15 derajat Celcius.
- Jenis tuna sirip biru selatan (thunnusmaccoyii) pada interval kedalaman 190-194 meter dan suhu 14-15 derajat Celcius.
“Dengan berpedoman pada hasil riset ini, nelayan tinggal mengatur kedalaman pancingnya. Jika sesuai dengan suhu dan kedalaman optimumnya maka akan diketahui jenis tuna yang akan ditangkap,” kata Agus.