Bisnis.com, JAKARTA - Hartanto, saat ini memiliki sebuah toko kelontong di rumahnya di pinggiran Kota Surakarta. Seiring perkembangan bisnis yang semakin pesat, Hartanto pun berkeinginan memiiki satu ruko yang lebih ke pusat kota.
Namun, dari beberapa ruko yang ditawarkan, dirinya merasa belum ada yang sreg. "Saya ingin ruko yang tidak sekadar mementingkan aspek usaha, tetapi juga kenyamanan untuk ditinggali dan ramah lingkungan," tuturnya.
Arsitek Astudioarchitect Probo Hindarto mengatakan bahwa 'nyaman ditinggali' adalah kata kunci yang menarik, karena dewasa ini ruko lebih sering dianggap sebagai bangunan komersial semata, dan banyak berkurang sisi huniannya.
“Saat ini banyak berkembang ruko yang dikhususkan untuk keperluan usaha saja dan bukan untuk hunian, akibatnya pengembang ruko sering mengabaikan tingkat kenyamanan, seperti suhu, kelembaban, maupun hubungan dengan alam sekitar,” tuturnya.
Menurutnya ruko seringkali panas, sumpek, dan mengandalkan pada penggunaan pendingin ruangan atau AC, serta kehilangan banyak kenyamanan sebagai hunian.
“Ini lantaran banyak ruko dibangun dengan fasad yang 'gundul' alias tanpa atap yang memayungi, dan tembok depan yang datar tanpa kanopi, sehingga apabila pemiliknya ingin sedikit adem, maka harus menambah kanopi sendiri, yang biasanya dari struktur besi dan polikarbonat," ujarnya.
Selain itu, atap ruko biasanya disembunyikan, karena struktur atap ruko dipilih yang murah, seperti dengan asbes. “Jenis atap ini menambah panas yang masuk ke bawah ruangan ruko. Atap ini memang murah dan menguntungkan secara ekonomis di awal pembangunan, namun dalam jangka panjang dipastikan memerlukan penggunaan AC yang besar," ujarnya.
Menurutnya Hindarto, dewasa ini sebenarnya banyak ruko yang didesain ramah lingkungan atau setidaknya agar nyaman ditinggali sekaligus dijadikan tempat usaha yang berprinsip pada desain bernilai arsitektur dan lingkungan.
Nilai arsitektural ramah lingkungan bisa diterjemahkan dalam beberapa aspek, diantaranya adalah aspek parkir, aspek adanya pepohonan agar memberikan kontribusi pada lingkungan, dan aspek perkerasan atau area yang biasanya dipakai untuk parkir, serta aspek lainnya.
“Parkir sebaiknya mencukupi, karena itu pemilik atau penjual ruko harus merencanakan ruko itu akan dipakai dalam bidang usaha apa saja. Karena hal ini berpengaruh kepada banyaknya lahan parkir yang diperlukan di depan ruko," tuturnya.
Biasanya, lanjutnya para pengembang mensiasatinya dengan membuat area parkir dalam suatu kawasan ruko-ruko itu digunakan bersama-sama. Ini menimbulkan konsekuensi kegersangan dan kurangnya pepohonan. Padahal, keberadaan pohon untuk memberikan kesejukan dan juga 'melembutkan' tampilan ruko.
Karena itu, dalam membangun ruko, sebaiknya tetap dialokasikan suatu tempat atau lubang untuk menanam pohon atau tanaman. “Pohon yang ditanam dapat dipilih dari jenis pohon yang memberikan naungan kepada area parkir dan tidak merusak struktur bawah bangunan,” ujarnya.
Selain itu, dampak lingkungan seperti pembuangan limbah juga harus diperhatikan, misalkan dengan memperhatikan besarnya saluran pembuangan, kapasitas tempat sampah, dan hal lain semacam itu.