Bisnis.com, JAKARTA - Persatuan Perusahaan Real Estat Indonesia (REI) mengeluhkan banyak tudingan miring terkait mahalnya harga rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Ketua umum DPP REI Eddy Hussy menuturkan tudingan itu salah alamat. Menurutnya, REI sudah banyak melakukan penyesuaian untuk pembangun rumah.
Saat ini, lanjut dia, masyarakat sudah diuntungkan dengan adanya program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dari Kemenpera yang memberikan subsidi dan REI mendukung skema tersebut.
"Apalagi saat ini ada program FLPP rumah murah bagi MBR, kami pasti mendukung dan mensukseskan. Meski secara prospek bisnis punya profit yang kecil, " tutur Eddy saat mengunjungi Bisnis Indonesia, Senin (12/5/2014).
Terkait mahalnya harga rumah, Eddy menyebut disebabkan oleh beberapa faktor. Di antarnya harga tanah dan bahan bangun yang cenderung naik tiap tahun.
Atas dasar itu, REI lantas mengajukan penyesuain harga baru sebanyak tiga kali. Yakni awal 2012, Desember 2012, dan akhir 2013. Namun baru disetujui pemerintah awal tahun 2014 lalu. Akhirnya, pemerintah memutuskan besaran harga rumah tapak untuk MBR dikisaran Rp113 juta - Rp185 juta. Tergantung tiap provinsi.
"Penetapan harga baru itu menjadikan harga rumah di Indonesia tergolong yang termurah se Asia. Mayoritas di negara lain sudah bermain di angka $20.000, kita masih di harga $10.000," ujar Eddy.