Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SERAPAN TENAGA KERJA Kian Lemah, Pemerintah Tak Kongkrit

Penyerapan angkatan kerja di bursa tenaga kerja sepanjang lima tahun terakhir tercatat kian menyusut, sehingga mempersulit upaya menekan angka pengangguran, kemiskinan, maupun ketimpangan pendapatan.
Sejak 2011, tren elastisitas kesempatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi terus melemah. /bisnis.com
Sejak 2011, tren elastisitas kesempatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi terus melemah. /bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Penyerapan angkatan kerja di bursa tenaga kerja sepanjang 5 tahun terakhir tercatat kian melemah, sehingga mempersulit upaya menekan angka pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan pendapatan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Senin (05/5/2014), tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2014 hanya turun 0,12% menjadi 5,70% dari periode yang sama tahun sebelumnya 5,82%.

Jumlah angkatan kerja pada Februari 2014 mencapai 125,3 juta orang, atau bertambah 1,7 juta orang dari Februari 2013. Sementara jumlah penduduk yang bekerja mencapai 118,2 juta orang, atau bertambah 1,7 juta orang dari Februari 2013.

Sejak 5 tahun yang lalu, capaian TPT pada periode Februari terus mencatatkan tren melambat. Misalnya, pada Februari 2011, TPT tercatat turun 0,61%. Kemudian, TPT Februari 2012 turun 0,48%, lalu TPT Februari 2013 turun 0,50% menjadi 5,92%.

Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan lambatnya penyerapan tenaga kerja sudah bisa diperkirakan. Menurutnya, pemerintah selama ini tidak memiliki langkah kongkrit dalam mengatasi hal itu.

“Selama ini, arah dan kebijakan industri pemerintah hanya berpusat pada sektor jasa, tambang dan perdagangan. Nah itu yang menyebabkan pertumbuhane konomi yang tinggi tidak banyak dinikmati berimplikasi ke tenaga kerja,” katanya ketika dihubungi, Senin (05/5/2014).

Enny menjelaskan pemerintah perlu membuat kebijakan industri yang lebih berorientasikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Salah satu industri yang dapat menjadi pertimbangan pemerintah, antara lain sektor manufaktur dan pertanian.

Namun, penyerapan tenaga kerja dari industri tersebut justru menunjukkan tren stagnan, bahkan cenderung menurun. BPS mencatat penyerapan tenaga kerja dari sektor pertanian turun 0,68% menjadi 40,83 juta, sementara industri naik 2,6% menjadi 15,39 juta.

“Sektor industri manufaktur kita harus benar-benar sebagai manufaktur. Artinya, pengolahan produk itu dari bahan baku ke bahan jadi. Bukan berhenti di barang setengah jadi, di mana kebanyakan manufaktur kita melakukan hal itu,” ujar Enny.

Apabila kedua sektor tersebut benar-benar digenjot pemerintah, lanjutnya, pemerintah baru bisa berharap persentase penyerapan angkatan kerja terhadap ketersediaan lapangan kerja tersebut dapat menjadi lebih baik.

Pemerintah juga dapat berharap elastisitas kesempatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi dapat lebih baik pada masa mendatang, di mana sejak 2011, tren elastisitas kesempatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi terus melemah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper