Bisnis.com, JAKARTA—Indonesia dinilai masih belum mampu memanfaatkan peluang ekspor produk kelapa bernilai tambah secara maksimal. Hal itu tercermin dari tertinggalnya nilai perdagangan kelapa RI dari Filipina.
Sebanyak 78,9% dari total perdagangan produk kelapa dunia didominasi oleh Indonesia dan Filipina. Namun, rerata nilai ekspor produk kelapa RI per tahun adalah US$1,355 juta atau lebih rendah dari Filipina yang mencapai US$1,544 juta.
Direktur Asian and Pacific Coconut Community (APCC) Wilaiwan Twishsri menjelaskan RI sebenanrya berpeluang menambah penghasilan negara lebih besar dari ekspor kelapa. Sayangnya, produk kelapa bernilai tambah masih kurang digarap.
“Dengan memproduksi produk turunan kelapa bernilai tinggi seperti serat kelapa, activated carbon, gas cair, atau biodiesel, pendapatan petani dapat meningkat hingga tiga sampai lima kali lipat,” katanya.
Indonesia selama ini lebih banyak mengekspor kopra dan minyak kelapa. Pada 2012, ekspor kopra RI menembus US$26,63 juta sedangkan ekspor minyak kelapa mencapai US$947,74 juta.
Sebanyak 72,16% kopra RI dijual ke Filipina, diikuti oleh Banglades 18,47%, Korea Selatan 4,8%, Malaysia0,92%, dan Belanda 0,38%. Sementara itu, 32% minyak kelapa RI dijual ke Belanda, diikuti Malaysia 22%, serta Korsel dan China masing-masing 14%.
Wilaiwan menjelaskan Indonesia dan Filipina juga merupakan negara pengekspor kelapa kering (desiccated coconut/DC) terbesar di dunia bersama dengan Sri Lanka. Namun, DC yang dijual di Indonesia lebih murah dibandingkan negara lain.
Harga ekspor DC Filipina berkisar US$1.593-US$1.872 pada 2013 dengan rerata US$1.733/ton. Sementara itu, harga rerata DC ekspor Sri Lanka adalah US$1.834/ton. Indonesia, di lain pihak, dihargai US$1.628/ton.
Perkiraan total volume ekspor DC dari ketiga negara pada 2013 adalah 209.446 ton, atau naik 3,8% dari penjualan tahun sebelumnya pada level 201.973 ton. Untuk tahun ini, Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan peluang penjualan kopra karena prospek ekspor kelapa dunia diprediksi naik dari tahun lalu.
“Tahun ini, produksi kelapa dunia diproyeksi mencapai 10,65 juta ton atau lebih tinggi 2,5% dari 2013,” imbuh Wilaiwan.Dia berpendapat sudah saatnya Indonesia mengejar ketertinggalan dengan memanfaatkan peluang pasar kelapa internasional dan momentum turunnya produktivitas kelapa Filipina.
Potensi bullish pasar kelapa pada 2014, lanjutnya, dipicu oleh naiknya perbaikan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat, naiknya permintaan produk kelapa, turunnya produksi kelapa Filipna sekitar 5%-6% akibat topan Haiyan, dan turunnya stok kelapa di Filipina, serta naiknya harga DC dan santan global.
Rerata Ekspor Produk Kelapa RI dan Filipina (ton/tahun):
Jenis produk | Indonesia | Filipina: |
Buah kelapa | 159.503 | 2.316 |
Kopra | 48.305 | 464 |
Minyak kelapa | 779.973 | 852.234 |
Copra meal | 356.237 | 464.044 |
Kelapa kering | 61.511 | 94.877 |
Arang | 180.671 | 47.926 |
Karbon | 25.225 | 41.449 |
Bubuk santan | - | 1.599 |
Santan cair/krim | 18.297 | 3.104 |
Serat/produk serat | 43.089 | 8.201 |
Air kelapa | - | 17.935.952 |
Minyak cuka | - | 1.879 |
Produk kimia | - | 57.893 |
Nilai ekspor (juta US$) | 1,355 | 1,544 |
Sumber: APCC, 2014 |