Bisnis.com, JAKARTA – Kendati prospek ekspor udang ke Jepang mulai menurun, Indonesia masih berpeluang besar menjadi raksasa eksportir produk perikanan seiring dengan penurunan daya saing dari negara kompetitor di Asia dan Amerika Latin.
Nilai ekspor perikanan RI tahun lalu menembus US$4,16 miliar, dengan konsumsi dalam negeri yang terus melesat menjadi 35,62 kg/kapita/tahun. Selain itu, Indonesia mulai menggenjot industrialisasi perikanan sebagai program utama untuk mengerek nilai tambah.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Thomas Darmawan mengatakan Indonesia berpeluang merajai ekspor perikanan karena suplai udang dari China, Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Meksiko terganggu virus EMS.
“Produksi jadi turun dan beberapa negara melarang impor udang segar dari negara-negara itu. Pada saat bersamaan, konsumsi di China naik drastis dan pesaing Indonesia, yaitu Vietnam, sedang mengalami kesulitan modal akibat krisis kredit. Ini adalah peluang kita,” lanjutnya, Minggu (20/4/2014).
Lagipula, lanjutnya, impor China terhadap produk perikanan India dan Ekuador menurun. Masalah kenaikan UMP dan biaya produksi di Thailand juga menghambat ekspor negara tersebut. Akibatnya, China akan terus menggenjot impor dari Indonesia.
Berdasarkan data UN Comtrade, Indonesia menempati posisi ke-7 sebagai pedagang hasil perikanan terbesar dunia dengan total nilai US$3,85 miliar pada 2012.
Posisi pertama ditempati China dengan US$18,12 miliar, diikuti Norwegia (US$8,51 miliar), Thailand (US$7,34 miliar), Vietnam (US$5,96 miliar), AS (US$5,44 miliar), dan Kanada (US$4,18 miliar). Total perdagangan perikanan dunia pada 2012 adalah US$120,49 miliar.