Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Ekspor Udang dan Tuna ke Jepang Meredup

Prospek ekspor udang dan tuna mentah ke Jepang mulai dipertanyakan akibat semakin merosotnya tingkat konsumsi seafood di Negeri Sakura, seiring dengan pergeseran preferensi masyarakat Jepang yang beralih ke daging.
/Bisnis
/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA—Prospek ekspor udang dan tuna mentah ke Jepang mulai dipertanyakan akibat semakin merosotnya tingkat konsumsi seafood di Negeri Sakura, seiring dengan pergeseran preferensi masyarakat Jepang yang beralih ke daging dan kian tingginya biaya pendaratan ke sana.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Perikanan Indonesia (Gappindo) Herwindo mengungkapkan Jepang dalam beberapa tahun terakhir tidak memperlihatkan peningkatan kebutuhan pasokan ikan. Rerata konsumsi ikan di Jepang adalah 7,5 juta ton/tahun. 

Ekspor utama hasil laut RI ke Jepang adalah udang, tuna, dan ikan cakalang. Namun, tingginya ketergantungan Jepang pada suplai udang impor berbanding lurus dengan depresiasi yen yang melambungkan biaya pendaratan dan kenaikan harga internasional.

“Semua ini mengakibatkan situasi semakin sulit. Permintaan udang mentah [bagi Jepang] adalah dilema, sehingga mereka sekarang lebih memilih untuk mengimpor udang olahan. Importir Jepang juga harus bersaing dengan buyer AS, tapi yen yang lemah membuat ini sulit,” kata Herwindo, Minggu (20/4/2014).

Dampak lanjutannya adalah turunnya laju impor udang oleh Jepang, terutama untuk jenis beku mentah. Hal itu, kata Herwindo, diperburuk dengan turunnya suplai dari Thailand dan melambungnya harga akibat tingginya permintaan udang untuk penjualan supermarket.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor ikan dan produk hasil laut ke Jepang tahun lalu bernilai US$641,52 juta, turun 5,26% dari tahun sebelumnya.

Pada Januari tahun ini penjualan produk perikanan ke sana mencapai US$44,27 juta, turun 11,13% dari bulan sebelumnya dan merosot 2,27% dari periode yang sama tahun lalu. 

Selain itu, permintaan konsumen melambat setelah liburan musim panas. Padahal, harga melesat tajam dalam perdagangan grosir Jepang akibat anjloknya suplai domestik dan perkiraan stok yang sedikit di negara-negara produsen utama.

“Harga ekspor juga naik di selatan dan negara-negara produsen Asia Tenggara, karena banyak mata uang yang telah melemah terhadap dolar AS, serta harga bahan baku yang terus naik,” ujarnya.

Turunnya prospek ekspor ke Jepang juga terjadi untuk komoditas tuna, yang mana Negeri Matahari Terbit mulai kurang aktif mengimpor tuna untuk sashimi sejak semester I/2013. Namun, permintaan untuk tuna kaleng cukup banyak di pasar nonkonvensional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper