Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Plastik Melesat, Produksi Stagnan, Impor Membengkak

Kalangan pengusaha industri plastik optimistis permintaan resin plastik tahun ini bisa tumbuh 7%. Namun, pertumbuhan ini akan berdampak pada impor yang kian besar lantaran kapasitas produksi resin plastik dalam negeri belum akan meningkat.n
  Proses di pabrik plastik. /
Proses di pabrik plastik. /

Bisnis.com, JAKARTA- Kalangan pengusaha industri plastik optimistis permintaan resin plastik tahun ini bisa tumbuh 7%. Namun, pertumbuhan ini akan berdampak pada impor yang kian besar lantaran hingga beberapa tahun mendatang, kapasitas produksi resin plastik dalam negeri belum akan meningkat.

Wakil Ketua Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik (INAplas) Budi Susanto Sadiman memprediksi pertumbuhan industri plastik tahun ini akan lebih besar dibandingkan dengan tahun lalu seiring adanya pesta demokrasi. Dia menargetkan konsumsi plastik tahun ini bisa tumbuh 7% bila pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6%.

“Saya yakin tahun ini lebih tinggi. Pileg kemarin saja, industri makanan dan minuman permintaannya mencapai Rp20 triliun dan 5% dari nilai itu masuk ke industri plastik,” kata Budi daat acara media briefing pameran internasional untuk industri plastik, pengemasan, pemrosesan dan percetakan di Indonesia, Rabu (16/4/2014).

Selain pesta demokasi, turunnya harga bahan baku (nafta) juga mendorong pertumbuhan industri ini. Menurutnya, turunnya harga minyak dunia cukup memengaruhi kinerja industri plastik dalam negeri. “Yang pertama pesta demokrasi, kedua penurunan harga bahan baku.”

Berdasarkan data bulanan Platts Global Petrochemical Index (PGPI), harga petrokimia global pada Maret 2014 turun 1% dibandingkan Februari 2014 menjadi US$1.371 per metrik ton. Adapun sebelumnya, harga petrokimia di pasar global sudah jatuh 3% pada Februari 2014 dibandingkan dengan Januari 2014 menjadi US$1.387 per metrik ton.

Analis Platts menyatakan penurunan harga di pasar petrokimia global merupakan cerminan harga minyak mentah dunia. Hal ini juga membuat harga nafta menjadi tidak stabil sehingga ikut turun US$1 metrik ton pada bulan lalu.

“Paraxylene mencatat penurunan terbesar, jatuh 5 % menjadi US$1.173/mt, turun dari rata-rata Februari US$1.232/m. Harga Benzene turun 3 % menjadi US$1.353/mt. Toluene juga turun 3 % menjadi US$1,073 /mt,” kata analis dikutip dari Platts.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Editor : Setyardi Widodo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper