Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RISET OXFARM: Kualitas Pangan Indonesia Buruk

Pada pertengahan Januari lalu, lembaga konfiderasi Internasional yang bergerak di bidang penuntasan kemiskinan dan ketidakadilan Oxfam Internasional merilis data mengenai kecukupan pangan pada 125 negara.
Impor beras. Indonesia secara peringkat dikalahkan oleh Thailand yang menduduki urutan 42 dan Malaysia pada posisi 44.Sedangkan peringkat 10 besar didominasi oleh negara-negara di dataran Eropa dengan Belanda sebagai juaranya. /bisnis.com
Impor beras. Indonesia secara peringkat dikalahkan oleh Thailand yang menduduki urutan 42 dan Malaysia pada posisi 44.Sedangkan peringkat 10 besar didominasi oleh negara-negara di dataran Eropa dengan Belanda sebagai juaranya. /bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Pada pertengahan Januari lalu, lembaga konfiderasi Internasional yang bergerak di bidang penuntasan kemiskinan dan ketidakadilan Oxfam Internasional merilis data mengenai kecukupan pangan pada 125 negara.

Hal ini dilakukan Oxfam sebagai bentuk kepedulian terhadap masalah kelaparan global di era ketimpangan ekonomi dunia.

Sebuah riset yang diberi nama Good Enough to Eat tersebut diilustrasikan dalam bentuk indeks yang mengambarkan keadaan suatu negara dilihat dari empat komponen. Komponen tersebut mencakup kecukupan pangan, keterjangkauan pangan, kualitas pangan dan kesehatan terkait pola makan dilihat dari penderita obesitas dan diabetes.

Dari situs resmi Oxfam yaitu www.oxfam.org.uk dijelaskan metode pengukuran yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah indeks skala 0-100 di mana 0 merupakan nilai minimum (standar terbaik) sedangkan 100 adalah nilai maksimum (standar terburuk).

Hasil penelitian ini menyebutkan Indonesia berada di posisi 83 dari 125 negara.Dalam indeks yang berisi empat komponen tersebut, Indonesia digambarkan memiliki tingkat kesehatan terkait dengan pola makan yang baik, kecukupan pangan yang baik, keterjangkauan pangan yang cukup baik tetapi memiliki kualitas pangan yang buruk.

Dalam konteks dataran Asia Tenggara, Indonesia secara peringkat dikalahkan oleh Thailand yang menduduki urutan 42 dan Malaysia pada posisi 44.Sedangkan peringkat 10 besar didominasi oleh negara-negara di dataran Eropa dengan Belanda sebagai juaranya.

Negara adidaya Amerika Serikat menempati urutan ke-21.Hal ini disebabkan tingkat kesehatan terkait pola makan yang rendah dilihat dari jumlah obesitas.

Kepala Program Keadilan Ekonomi Oxfam di Indonesia Dini Widiastuti, mengatakan riset Good Enough to Eatyang dirilis Oxfam diambil dari data-data yang telah ada sejak 2008 hingga 2010. Data tersebut diperoleh dari tiga organisasi di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yaitu World Health Organization (WHO), Food and Agriculture Organization (FAO) dan International Labour Organization (ILO).

“Indonesia berada pada urutan ke-83 karena memiliki tingkat kualitas pangan yang rendah dilihat dari empat hal yaitu diversifikasi pangan, nutrisi pangan, gejolak harga pangan dan akses ke air,” katanya kepada Bisnis, Senin (24/3/2014).

Salah satu penyebab buruknya kualitas pangan adalah kecenderungan masyarakat Indonesia yang mengonsumsi makanan instan seperti mi instan.“Mi instan seolah-olah sudah menjadi makanan pokok sehari-hari yang praktis dan murah padahal tidak ada kandungan nutrisi di dalamnya,” tuturnya.

Selain itu, Dini menambahkan, meskipun kecukupan pangan Indonesia terpenuhi, Indonesia masih memiliki tiga masalah utama yang membuatnya tidak dapat terdistribusikan secara maksimal.Masalah tersebut terkait dengan sistem pengolahan makanan, penyimpanan dan persepsi masyarakat.

Persepsi masyarakat Indonesia menganut “semakin praktis semakin baik”. Mengonsumsi umbi-umbian dinilai tidak praktis dan umbi dianggap sebagai makanan orang susah.Bagi Dini, Indonesia masih berpeluang untuk naik tingkat pada posisi indeks Oxfam jika Indonesia mengubah pola pikir yang salah. (Deliana Pradhita Sari& Inda Marlina)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper