Bisnis.com, JAKARTA—Masalah kesulitan impor bahan baku kulit diyakini tidak akan mengganggu kinerja ekspor sepatu tahun ini.
Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko menjelaskan problema kesulitan bahan baku kulit sebenarnya hanya ditanggung oleh industri kecil menengah (IKM), yang orientasi pasarnya masih domestik.
“[Indonesia] itu pemain [industri sepatu] nomor 3 terbesar di dunia. Tidak mungkin hanya karena masalah-masalah seperti itu, lantas ekspor sepatu akan turun drastis. Kesulitan bahan baku kulit hanya terjadi untuk konsumsi pasar lokal,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (24/3).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor alas kaki mencapai US$3,860 miliar pada 2013. Bulan pertama tahun ini, ekspor menyentuh US$336,28 juta. Menurut catatan Kementerian Perdagangan, pertumbuhan ekspor alas kaki dari 2008-2012 mengalami tren positif pada level 20,85%.
Adapun, pertumbuhan ekspor alas kaki tahun ini ditarget pada level 10% atau setara dengan US$4,4 miliar dari capaian US$3,9 miliar tahun lalu.
“Ekspor sepatu kulit itu trennya selalu naik, semuanya naik. Tidak ada masalah dalam pasar [asing], yang ada justru permasalahan internal kita sendiri seperti kampanye, pemilu, dan unjuk rasa kenaikan upah minimum yang tidak terkendali. Itu saja,” lanjut Eddy.
Aprisindo, menurutnya, membenarkan adanya masalah hambatan impor bahan baku kulit yang meresahkan pengusaha persepatuan Nusantara. Hanya saja, tekanan tersebut tidak begitu dirasakan oleh perusahaan-perusahaan besar yang berorientasi pada pasar asing.