Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waspada, Organisme Pengganggu Tanaman Mulai Serang Pantura

Organisme Penggangu Tanaman tikus, hama penggerek batang, serta hama wereng telah menyerang lahan pertanian di beberapa daerah, terutama di wilayah Pantura.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, BANDUNG – Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jawa Barat menyatakan memasuki kondisi pancaroba jumlah organisme penggangu tanaman, OPT, di Jabar mulai meningkat.

Kepala Seksi Pengendalian Organisme Penggangu Tanaman Diperta Jabar Estu Kurniawan menuturkan OPT tikus, hama penggerek batang, serta hama wereng telah menyerang lahan pertanian di beberapa daerah, terutama di pantai utara Jawa atau Pantura.

“Jumlah lahan pertanian di Jabar yang diserang tikus telah mencapai 6.076 hektare, 6.291 hektare di antaranya tergolong terserang ringan dan sedang, 45 hektare sisanya tergolong berat,” ucap Estu kepada Bisnis, Selasa (10/3).

Estu menambahkan, selain tikus, ribuan lahan pertanian juga terserang hama penggerek batang dan wereng dengan rincian 2.618 hektare lahan terserang hama penggerek batang dan 776 hektare lahan terserang hama wereng.

Tingkat serangan hama penggerek batang dan hama wereng ini, kata Estu, masih tergolong rendah dan sedang sehingga dapat tanaman masih dapat dipanen.

Estu pun menyatakan tak ada padi yang mengalami gagal panen atau puso akibat terserang OPT.

Menurutnya, tingkat kelembaban yang tinggi pada situasi pancaroba menyebabkan OPT berkembang biak dengan cepat.

Selain itu, musuh alami OPT pada musim pancaroba pun biasanya berkurang sehingga jumlah OPT meningkat.

Untuk mencegah bertambahnya luas lahan pertanian yang terserang tikus, Diperta Jabar menginstruksikan para petani untuk segera mengambil tindakan pencegahan, seperti memasang perangkap racun tikus atau pengemposan dengan asap belerang.

Diperta Jabar juga menginstruksikan petani menyebar serangga tricogramma yang merupakan musuh alami hama wereng.

“Untuk serangan yang tergolong berat, kami akan memberikan bantuan insektisida kepada petani,” katanya.

Sementara itu, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jabar Entang Sastraatmadja menuturkan untuk menghindari kerugian akibat OPT, para petani memanen padinya lebih awal.

Para petani, kata Entang, khawatir kerusakan padi akan bertambah berat jika tak segera dipanen.

“Namun, akibatnya bobot bulir padi akan berkurang karena belum berkembang sempurna,” kata Entang.

Entang mengatakan kerusakan padi akibat OPT masih tergolong sedang dan tidak mengakibatkan puso.

Kerusakan pada padi tersebut diobati oleh petani dengan menggunakan pengobatan herbal.

Para petani pun telah mengambil langkah pencegahan dengan memasang perangkap tikus dan menyebar serangga yang merupakan musuh alami hama wereng.

HKTI berharap penyaluran insektisida oleh Diperta Jabar dapat diterima petani secara menyeluruh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rani Fadila
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper