Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Pesimistis pada Industri Hulu Sutera

Pemerintah mengaku pesimistis dengan perkembangan industri sutera pada tingkat hulu. Sulitnya membangun SDM dinilai sebagai kendala utama, meski pemerintah mengaku akan terus memperjuangkan kenaikan produksi sutera lokal.
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian, Euis Saedah menyaksikan proses pembuatan benang sutra di sentra pengembangan sutra alam Bedugul, Tabanan, Bali, Sabtu (21/12/2013) /kemenperin
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian, Euis Saedah menyaksikan proses pembuatan benang sutra di sentra pengembangan sutra alam Bedugul, Tabanan, Bali, Sabtu (21/12/2013) /kemenperin

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah mengaku pesimistis dengan perkembangan industri sutera pada tingkat hulu. Sulitnya membangun SDM dinilai sebagai kendala utama, meski pemerintah mengaku akan terus memperjuangkan kenaikan produksi sutera lokal.

“Kita mau mulai lagi [pembangunan industri] sutera, tapi kondisi internasional, terutama di China, sudah sangat maju. Menemukan SDM di sana juga lebih mudah,” jelas Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perdagangan Euis Saidah, Rabu (19/2/2014).

Pemerintah, lanjutnya, sebenarnya pernah bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk menyediakan 25 hektare lahan pertanian sutera. Kemenperin juga telah menyediakan bantuan peralatan mesin pintal. 

“Tapi mencari orang untuk bekerja di kebun [ulat sutera] itu susah sekali. Mereka lebih memilih menjadi tukang ojek atau penjual bakso. Itu masalahnya,” katanya.

Hingga saat ini, pemerintah belum memiliki roadmap untuk sutera, kendati asosiasi dan forum sutera tumbuh cukup pesat. Euis mengungkapkan roadmap tersebut baru akan disusun untuk menggenjot produktivitas. “Karena, membangun sutera ini juga termasuk PR perindustrian.” 

Adapun saat ini, pemerintah tengah mengupayakan alternatif pengembangan produksi sutera dari ulat daun singkong. Hanya saja, kata Euis, serat yang dihasilkan masih belum sehalus sutera dari ulat murbei. Padahal, produksi sutera murbei hanya bisa dilakukan di lokasi tertentu dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan laut.

Tuti, di lain pihak, mengungkapkan saat ini telah mengupayakan produksi white silk. “Namun itu masih dipermasalahkan secara internasional, karena dipertanyakan keamanannya karena mengandung hama. Karena white silk itu dari ulat liar yang pakannya bebas,” jelasnya.

Impor Sutera Indonesia:

Tahun

Volume (ton)

Nilai (juta US$):

2012

448.588

4,603              

2013

318.399

2,103

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2014


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper