Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketergantungan pada Sutera China Sulit Disetop

Di tengah maraknya upaya pemerintah menggenjot pencitraan produk fesyen dalam negeri, Indonesia dipastikan belum sanggup melepaskan diri dari ketergantungan impor bahan baku, khususnya untuk kain sutera.
Kain Sutera /picstopin.com
Kain Sutera /picstopin.com

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah maraknya upaya pemerintah menggenjot pencitraan produk fesyen dalam negeri, Indonesia dipastikan belum sanggup melepaskan diri dari ketergantungan impor bahan baku, khususnya untuk kain sutera.

Hal itu terungkap di sela-sela pameran Adiwastra Nusantara 2014, yang seharusnya menjadi ajang inovasi kreatif tekstil tradisional Indonesia. Beberapa pelaku usaha mengungkapkan fakta bahwa mayoritas sutera yang digunakan untuk industri fesyen domestik masih didatangkan dari China.

“Benar sekali, 95% kita impor dari China. Sebetulnya harga di sana bagus, tapi persaingan di sini enggak ada, maka ada permainan dari pedagang. Ini masalah bisnis. Sejujurnya, lebih murah dan lebih bagus kualitas produk Indonesia,” ujar Ketua Asosiasi Sutera Indonesia (ASSIA) Tuti Handayani kepada Bisnis.com, Rabu (19/2/2014).

Tuti menyebutkan kebutuhan sutera dalam negeri mencapai 900 ton/tahun. Namun, produsen domestik hanya mampu menghasilkan sekitar 5% dari total kebutuhan. Adapun, harga sutera kualitas baik dari China dibanderol Rp870.000/kg, sedangkan sutera kualitas bagus lokal bernilai Rp650.000/kg.

Hanya saja, teknik produksi massal China yang telah berbasis mesin otomatis belum mampu diterapkan di Indonesia. Produktivitas petani sutera lokal sendiri juga belum sanggup memenuhi tingginya permintaan domestik.

Dengan kondisi demikian, Tuti meyakini Indonesia tidak akan sanggup hengkang dari tradisi mengimpor kain premium tersebut, bahkan pada saat era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tiba tahun depan.  

“Kemungkinan untuk menanangani [industri] hulunya masih sulit. Untuk memenuhi kebutuhan, kami masih tetap berharap pada impor. Makanya, saat MEA kami berharap pada kemudahan-kemudahan pihak Kementerian Perindustrian dan izin dari Kementerian Perdagangan untuk tetap bisa impor. Kami janji bisa menekan biaya produksi agar tetap bisa memberikan harga yang terbaik,” tuturnya.

Tren impor sutera sebenarnya mengalami penurunan. BPS mencatat volume impor sutera pada 2013 mencapai 318.399 ton, turun dari 448.588 ton tahun sebelumnya. Adapun, volume impor Desember 2013 adalah 183.108 ton, naik dari 163.121 bulan sebelumnya.

“Impornya semakin berkurang, karena China sudah mulai mengincar Indonesia sebagai alternatif produksi pertanian. Tapi, jangan sampai nanti produksinya di sini, tapi benang jadinya dibawa kembali oleh mereka lalu kita impor. Mereka mau ekspansi ke Indonesia, tapi mereka harus juga memperhitungkan kebutuhan lokal di sini,” imbuh Tuti.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper