Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah menguatnya Rupiah, pemerintah mengisyaratkan akan tetap melanjutkan implementasi paket kebijakan ekonomi dan pengetatan fiskal.
Menteri Keuangan M. Chatib Basri menuturkan pemerintah tetap akan mengejar perbaikan defisit transaksi berjalan, paling tidak di bawah 3% terhadap produk domestik bruto tahun ini.
Menurutnya, current account deficit 3,26% terhadap PDB kuartal IV/2013 memang sudah menunjukkan tanda perbaikan. Namun, pasar acap berpatokan defisit di atas 3% belum berada pada level yang berkelanjutan sehingga perlu dibuat lebih ciut.
“Kadang-kadang orang bilang current account sudah membaik, makanya BI harus turunkan suku bunga, fiskalnya tidak boleh lagi diketatkan. Padahal, ini harus kita lihat dalam jangka yang agak panjang,” katanya Senin (17/2/2014).
Dia mengingatkan performa transaksi berjalan kuartal I/2014 kemungkinan tak sebaik kuartal IV/2013 yang menyempit menjadi US$4 miliar atau 1,98% terhadap produk domestik bruto (PDB). Pasalnya, kegiatan ekspor belum berjalan.
Defisit semakin melebar pada kuartal II/2014 karena perusahaan mulai merealisasikan impor bahan baku dan barang modal untuk pemenuhan kegiatan produksi.
Meskipun insentif fiskal untuk industri intermediate goods hingga kini belum rampung dibahas, Chatib berjanji pemerintah akan menjaga current account deficit tak selebar periode sama tahun sebelumnya yang menganga menjadi US$9,9 miliar atau 4,4% terhadap PDB.
Dia berpendapat penaikan pajak penghasilan (PPh) impor menjadi 7,5% akan membantu mengurangi impor. Pada saat yang sama, pelonggaran prosedur kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) akan menggairahkan ekspor.