Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Baja di Pasar Global Diprediksi Bakal Naik Hingga 20%

Harga baja internasional diprediksi segera naik 15%-20% pada Januari-Juni 2014 setelah selalu berada pada posisi rendah sepanjang tahun lalu.
Baja/Bisnis.com
Baja/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Harga baja internasional diprediksi segera naik 15%-20% pada Januari-Juni 2014 setelah selalu berada pada posisi rendah sepanjang tahun lalu.

Dengan demikian, konsumen baja diimbau untuk menyesuaikan atau melakukan perhitungan kembali bila ingin membuat perencanaan proyek maupun mengambil keputusan.

Chairman Indonesian Iron and Steel Industries Association (IISIA) Irvan Kamal Hakim mengatakan sepanjang 3 pekan selama Januari 2014, harga bahan baku baja, mulai dari bijih besi, scrap, dan slab memperlihatkan perbaikan.

Menurutnya, kenaikan harga bahan baku baja saat ini merupakan indikasi akan ada kenaikan harga baja.

“Antara hari ini sampai Juni 2014, kami memproyeksikan harga baja di pasaran internasional akan naik. Dibandingkan dengan Desember tahun lalu akan naik sekitar 15%-20%, ini good news,” kata Irvan di kantor Kementerian Perindustrian, Kamis (23/1/2014).

Oleh sebab itu, pihaknya mengimbau kepada pengguna baja di seluruh Indonesia agar segera berpikir dan menganalisis kembali proyek yang direncanakan.

“Misalnya harga proyek sekian miliar, itu harus dianalisa dengan harga baja yang bagus, disesuaikan. Pemilik proyek, pengguna baja akhir, rumah tangga yang mau membangun, buat keputusan sekarang, nanti harga baja mau naik,” tambah Irvan.

Adapun, harga baja canai panas (hot rolled coils/HRC) berketebalan di atas 2 mm sepanjang 2013 sulit mencapai harga US$700 per ton.

Pada September, harga HRC sekitar US$684 per ton. Meskipun harga baja membaik, kata Irvan, hal tersebut tidak ada pengaruhnya dengan permintaan baja saat ini. “Kalau bicara permintaan tetap tumbuh, permintaan itu harga dikalikan kurs dan itu memengaruhi daya beli. Kalau kurs naik, barang dari baja juga harganya akan naik.”

Menurutnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini kurang mendukung industri besi dan baja nasional. Selain itu, masalah lain seperti kenaikan upah minimum regional (UMR) serta rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang akan berlaku pada Mei 2014 juga membuat produsen industri besi baja tertekan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper