Bisnis.com, JAKARTA - Utang luar negeri pada November 2013 tumbuh 3,7% menjadi US$260,3 miliar, melanjutkan tren perlambatan sejak Maret tahun lalu.
Perlambatan itu dipengaruhi oleh turunnya posisi utang luar negeri (ULN) publik 2,7% (year on year) menjadi US$123,3 miliar. Sementara itu, ULN swasta melambat 10,2% (yoy) menjadi US$137,1 miliar.
Bank Indonesia mencatat posisi ULN Indonesia pada bulan ke-11 tahun lalu 29,2% terhadap produk domestik bruto (PDB) atau jauh di bawah batas aman internasional 50%.
ULN berjangka panjang melambat 3,2% (yoy) menjadi US$214,4 miliar atau 82,4% dari total ULN. Jumlah itu terdiri atas US$116,6 miliar utang jangka panjang sektor publik dan US$97,8 miliar utang jangka panjang sektor swasta.
Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI Hendy Sulistiowaty mengatakan moderasi pertumbuhan ULN Indonesia sejalan dengan perlambatan kegiatan ekonomi domestik yang tahun lalu diperkirakan tumbuh hanya 5,7% dari 6,2% tahun sebelumnya.
“Hal itu berdampak pada melambatnya aktivitas ekonomi, sehingga pada gilirannya menurunkan kebutuhan pembiayaan, termasuk melalui utang luar negeri,” katanya, Rabu (22/1/2014).
ULN swasta didominasi oleh tiga sektor ekonomi, yakni sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; sektor industri pengolahan serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa masing-masing 26,1%, 20,5%, dan 18,2% dari total ULN swasta.
ULN sektor keuangan dan sektor industri pengolahan melambat 9,4% (yoy) dan 9,1%. Namun, ULN sektor pertambangan terakselerasi 20,2%.