Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Baja Anjlok, KS Pangkas Produksi Bahan Baku

Rendahnya harga baja di pasar dunia membuat PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. berencana tidak mengoperasikan pabrik slab secara penuh pada tahun ini.

Bisnis.com,JAKARTA - Rendahnya harga baja di pasar dunia membuat PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. berencana tidak mengoperasikan pabrik slab secara penuh pada tahun ini.

Direktur Utama PT Krakatau Steel Irvan Kamal Hakim mengatakan pihaknya sudah mempertimbangkan untuk tidak mengoperasikan pabrik slab, yang merupakan menghasilkan bahan baku baja, secara penuh guna menjaga cash flow perseroan.

Menurutnya, perseroan harus memilih cara yang efektif dan efisien guna meminimalkan biaya produksi yang terus meningkat.

“Sedang direncanakan untuk tahun ini, kami merespons rendahnya harga baja di pasar internasional. Mau memilih, apakah tetap produksi sendiri atau mengimpor baja semi-finish. Harga baja yang relatif rendah harus dilawan,” kata Irvan di kantor Kemenperin, Jumat (10/1/2014).

Saat ini, volume produksi akhir KS yang sampai di hilir tidak berubah. Suplai baja ke pasar tetap lancar berkisar 200.000 ton per bulan.

Begitu juga dengan produksi slab di hulu, bulan ini volume produksi mencapai 30.000 ton per bulan untuk diolah menjadi baja. “Soalnya dilihat, impor bahan baku ternyata lebih efisien dibandingkan harus produksi sendiri.”

Menurutnya, salah satu yang bisa membantu menjaga cash flow perusahaan adalah stabillitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

“Tolong pemerintah bantu kurs-nya, kalau memang ada keseimbangan baru itu tidak masalah, tetapi berhenti. Kalau turun naik seperti ini menyulitkan kami, membuat ragu-ragu. Ditambah harga baja yang tidak mendukung,” ujar Irvan

Pelemahan rupiah membuat biaya produksi perusahaan meningkat. Adapun upaya yang dilakukan adalah melakukan transfer kenaikan biaya produksi kepada harga jual.

Pasalnya, tidak mungkin industri melakukan kegiatan produksi dengan adanya kerugian. “Sekarang tinggal bagaimana daya beli masyarakat, apakah bisa menyerap? Yang jelas kami transfer ke harga jual. Paling tidak dampaknya ada penurunan permintaan,” kata Irvan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor :
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper