Bisnis.com, JAKARTA - Seluruh asumsi makroekonomi yang disusun pemerintah dalam APBN Perubahan 2013 meleset.
Melihat realisasi pertumbuhan ekonomi hingga kuartal III/2013 yang hanya 5,83%, pemerintah mengestimasi pertumbuhan keseluruhan tahun hanya 5,7% atau lebih rendah dari asumsi APBNP 2013 sebesar 6,3%.
Kementerian Keuangan dalam keterangan resminya memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2013 masih melambat, karena terpengaruh perkembangan ekonomi global, termasuk penurunan harga komoditas ekspor.
Sementara itu, tingkat inflasi mencapai 8,38% atau lebih tinggi dari asumsi inflasi 7,2% akibat kenaikan harga BBM bersubsidi, pelemahan nilai tukar rupiah beserta dampak ikutannya terhadap harga komoditas di dalam negeri.
Adapun, realisasi rata-rata suku bunga surat perbendaharaan negara (SPN) 3 bulan 4,5% atau di bawah asumsi yang direncanakan 5%.
Relatif rendahnya realisasi suku bunga SPN 3 bulan tersebut sejalan dengan masih tingginya permintaan akan surat berharga negara.
Realisasi rata-rata kurs rupiah Rp10.452 per dolar Amerika Serikat, lebih lemah dibandingkan dengan asumsi yang sebesar rata-rata Rp9.600 per dolar AS akibat rencana tapering off bank sentral AS dan perkembangan perekonomian global dan nasional.
Sementara itu, realisasi harga minyak mentah Indonesia (ICP) rata-rata US$106 per barel, lebih rendah dari asumsi sebesar US$108 per barel.
Relatif stabilnya harga minyak mentah dunia tahun lalu, a.l. dipengaruhi oleh masih lemahnya permintaan dunia di tengah pasokan minyak dunia yang memadai dan stabilitas geopolitik yang terjaga, terutama di negara-negara produsen minyak mentah dunia.
Adapun, realisasi rata-rata lifting minyak mentah dan gas Indonesia selama periode Desember 2012 sampai dengan November 2013 masing-masing 825.000 barel per hari dan 1,21 juta setara minyak per hari.
Realisasi tersebut masih di bawah target yang direncanakan, yakni masing-masing sebesar 840.000 bph untuk lifting minyak dan 1,24 juta barel setara minyak per hari untuk gas.