Bisnis.com, JAKARTA—Kendati realisasi volume BBM bersubsidi hingga akhir 2013 diperkirakan di bawah kuota APBNP 2013 sebesar 48 juta kiloliter, nilai atau belanja subsidi BBM yang harus dikeluarkan negara bengkak sekitar Rp20 triliun atau setara dengan 10% dari pagu Rp200 triliun.
Wakil Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan konsumsi yang turun itu tidak serta-merta diikuti oleh penurunan belanja subsidi BBM.
Dia mengestimasi subsidi membengkak 10% dari pagu anggaran Rp200 triliun akibat depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Data Kemenkeu menyebutkan realisasi subsidi BBM hingga Oktober tercatat Rp174 triliun atau sudah terserap 87,1%.
“Mes ki subsidi melampaui pagu dan penerima an pajak di bawah target, kondisi fiskal masih aman dengan per kiraan defisit tak lebih dari 2,4%,” kata Bambang, seperti dilaporkan harian Bisnis Indonesia, Rabu (13/11/2013).
Proyeksi jebolnya subsidi BBM sekitar Rp20 triliun dari Bambang ini sama dengan proyeksi yang dilansir Bisnis, 2 bulan silam (19/9).
Penyebabnya adalah posisi rupiah yang terus bertahan di atas Rp11.000 per dolar AS, 15% lebih tinggi dari asumsi APBNP 2013 sebesar Rp9.600 per dolar AS.
Menurut Ketua Badan Ang garan DPR Harry Azhar Aziz (Fraksi Partai Golkar), risiko pembengkakan subsidi BBM ditambah dengan melebarnya shortfall pajak itulah faktor yang sebenarnya menjelaskan
kenapa pemerintah menahannahan belanja dengan alasan klasik penyerapan yang rendah.
Pasalnya, pilihan lain yang tersedia, yaitu menambah utang dan melebarkan defisit jelas punya risiko lebih besar mengingat situasi perekonomian yang masih bergejolak seperti sekarang.
Selengkapnya baca di Harian Bisnis Indonesia edisi Rabu (13/11/2013) atau di http://epaper.bisnis.com/index.php/PopPreview?IdContent=16&PageNumer=3&ID=119123