Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis.com, JAKARTA – Peningkatan pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia ternyata tidak berbanding lurus dengan peningkatan ekosistem lingkungan.

Ekonom Standard Chartered Plc Eric Alexander Sugandi mengatakan peningkatan pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia, terutama negara berkembang akan berujung pada kerusakan lingkungan yang cukup parah.

“Bahkan kami memperkirakan peningkatan pertumbuhan tersebut akan memicu perebutan sumber daya, termasuk air yang akan menjadi komoditas perdagangan.,”katanya di Jakarta, Selasa (3/11).

Menurutnya, kemajuan perekonomian dunia yang ditandai dengan meningkatnya perdagangan baik bilateral maupun multilateral mengakibatkan kelangkaan air pada 2030.

Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 2,6% pada 2013, menurun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 2,8% dan melesat menjadi 3,3% pada 2014.

Pertumbuhan ekonomi dunia, lanjutnya, ditopang oleh laju pertumbuhan ekonomi negara berkembang yang cukup tinggi seperti Indonesia, Vietnam, Filipina, dan India.

Namun, sayangnya potensi kerusakan ekosistem lingkungan juga cukup besar seiring dengan tumbuhnya ekonomi dunia sehingga dibutuhkan upaya yang cukup serius untuk mencegah hal atau setidaknya mengurangi potensi tersebut.


Berdasarkan laporan Standard Charted Plc pada 2013, negara yang ekonominya bertumbuh pesat (didominasi negara berkembang) justru kondisi lingkungannya cukup rendah sedangkan negara yang ekonominya tumbuh cukup pelan (negara maju), kondisi ekosistem lingkungan berjalan stabil.

Kondisi ekosistem tersebut diukur melalui beberapa hal yaitu pencemaran udara, persediaan air bersih, variasi habitat hewan, penggunaan bahan-bahan kimia untuk pertanian, perlindungan hutan dan perikanan, dan perubahan iklim.

Untuk Indonesia sendiri, ungkapnya, memburuknya kondisi ekosistem dipicu oleh pemborosan penggunaan air, semakin menurunnya jumlah hutan, dan tingginya polusi CO2.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 diperkirakan mencapai 5,6% pada 2013 dan meningkat tipis menjadi 5,8% pada 2014.

Sebelumnya, Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum  Imam S. Ernawi sempat menyatakan daya dukung lingkungan kota metropolitan seperti Jawa dan Bali telah berada di garis merah sehingga memungkinkan terjadinya krisis air dan spasial dalam waktu dekat. (Amanda K. Wardhani)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : News Editor
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper