Bisnis.com, PEKANBARU--Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Kusnan Rahmin mengatakan, pihaknya akan terus menyempurnakan dan memperbaiki teknologi ekohidro dalam pengelolaan lahan gambut untuk mencapai tujuan pembangunan hutan tanaman lestari.
Kusnan mengatakan teknologi ekohidro merupakan hasil dari penelitian, pembelajaran, praktek, dan perbaikan berkesinambungan yang dilakukan oleh perusahaan dalam pengelolaan hutan tanaman lestari di lahan gambut.
"Salah satunya melalui proyek Science-Based Management Support Project (SBMSP) yang dilakukan selama 3 tahun untuk meningkatkan pemahaman tentang hidrologi, ekologi, dan parameter terkait lainnya dalam rangka pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan," kata Kusnan melalui keterangan resmi, Senin (25/11).
Ekohidro merupakan suatu teknologi pengelolaan sumberdaya air di lahan gambut untuk mengontrol jumlah dan tinggi muka air sehingga mampu menjaga kelembaban gambut untuk pertumbuhan tanaman yang optimal, meminimalkan subsidensi dan bahaya kebakaran.
Tekhnologi ekohidro ini mampu mencegah drainase berlebihan dengan pengelolaan air berdasarkan zonasi, yaitu pengaturan muka air tanah dilakukan melalui hydro buffer di antara tanaman pokok dan kawasan lindung sehingga ketinggian air dapat diatur mendekati permukaan pada kawasan lindung, kemudian diturunkan secara bertahap di areal hydro buffer dan ketinggian air yang sesuai untuk kebutuhan tanaman pokok.
"Setiap perubahan ketinggian muka air diantara selang kontur dibangun bendungan atau dam untuk mengatur dan menjaga ketinggian muka air tanah. Bendungan dengan saluran pelimpah kami istilahkan dengan dam sisir berfungsi seperti pintu air otomatis yang akan melimpahkan air yang berlebihan pada musim penghujan dan mempertahankan air pada saat musim kemarau," jelas Kusnan.
Teknologi ekohidro ini juga juga mampu mencegah potensi kebakaran pada lahan hutan. RAPP telah menerapkan sistem pemantauan bahaya kebakaran yang menyediakan informasi tingkat bahaya kebakaran dan prosedur kesiap-siagaan berdasarkan tingkat bahaya kebakaran yang disebut Fire Danger Rating (FDR). FDR diperoleh dari data pemantauan dan perhitungan kondisi cuaca, seperti kelembaban relatif, curah hujan, jumlah hari tidak hujan, total curah hujan 15 hari terakhir dan kondisi bahan bakar (hijau, layu, kering).