Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Gula Rafinasi Diprediksi Naik Tahun Depan

Produksi gula rafinasi bagi industri makanan dan minuman baik dari usaha kecil dan menengah (UKM) maupun besar pada tahun depan diperkirakan akan meningkat dengan kuota bahan baku 3,4 juta ton

Bisnis.com, JAKARTA - Produksi gula rafinasi bagi industri makanan dan minuman baik dari usaha kecil dan menengah (UKM) maupun besar pada tahun depan diperkirakan akan meningkat dengan kuota bahan baku 3,4 juta ton.

Ketua Umum Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (Agri) Suryo Alam mengatakan prediksi peningkatan bahan baku gula rafinasi tersebut seiring dengan pertumbuhan industri makanan dan minuman dalam negeri.

"Produksi rafinasi itu sesuai dengan izin impor bahan baku berdasarkan kuota jadi mengikuti permintaan industri mamin," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (21/11/2013).

Dia menjelaskan tahun ini kuota bahan baku gula rafinasi 3,1 juta ton, lebih tinggi dibandingkan kuota 2012 yakni 2,6 juta ton. Hal tersebut, katanya, menunjukan bahwa industri mamin berkembang dari tahun ke tahun, apalagi banyak pabrik mamin dari perusahaan asing mulai bermunculan.

"Tahun ini pasokan gula rafinasi masih mencukupi kebutuhan industri mamin atau pas. Kalau kekurangan pasokan, tandanya akan ada protes dari industri mamin seperti yang pernah terjadi 2 tahun lalu pada Juli dan Juni. Tapi sekarang relatif tenang," jelas Suryo.

Meskipun nilai rupiah melemah tahun ini, tetapi menurut Suryo, bahan baku gula rafinasi yang 100% impor tidak terlalu berpengaruh terhadap permintaan bagi industri mamin. Menurutnya, industri mamin dalam negeri justru banyak yang mengekspor produknya.

"Artinya pelemahan rupiah tidak menggoyang pasar makanan dan minuman karena mereka juga bermain di pasar luar negeri," katanya.

Suryo menambahkan terkait dengan merembetnya gula rafinasi ke pasar konsumen langsung dinilai terjadi di luar pulau Jawa lantaran kurangnya suplai gula konsumsi sehingga konsumen beralih ke gula rafinasi.

Sedangkan di Pulau Jawa, katanya, pihaknya memang menyuplai gula rafinasi tetapi untuk koperasi UKM dan asosiasi pedagang kecil yang memproduksi jajanan dan minuman untuk dijual kembali.

"Kalau di Jawa mungkin bukan yang dikonsumsi rumah tangga, tetapi bagi industri rumah tangga untuk diolah," ungkapnya.

Gula rafinasi, lanjut Suryo, memang memiliki harga lebih rendah dibandingkan gula konsumsi. Hal itu disebabkan oleh proses produksi gula konsumsi yang tidak efisien seperti pengolahan tebu yang tidak menggunakan mesin canggih sehingga banyak butiran gula berceceran, dan masih dikerjakan secara manual.

"Mungkin itu yang membuat harganya mahal. Kalau gula rafinasi istilahnya memang gula berkualitas tinggi yang memenuhi standar pangan. Justru di luar negeri, gula rafinasi dikonsumsi langsung karena memenuhi standar," imbuhnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Peni Widarti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper