Bisnis.com, JAKARTA--Perum Perhutani akan meningkatkan produksi bibit pohon jati unggul bersertifikat guna memenuhi kebutuhan penanaman, serta menyuplai kebutuhan industri dan masyarakat.
Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto menuturkan produksi bibit jati Perhutani mencapai 200 juta bibit/tahun. Produksi tersebut, imbuhnya, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan penanaman perusahaan yang ditargetkan mencapai 200 juta pohon/tahun.
"Bibit untuk Perhutani sendiri saja masih kurang. Kita kan satu tahun tanam 200 juta bibit dan bibit yang bagus diprioritaskan untuk kepentingan perusahaan," ujarnya, Kamis (21/11/2013).
Bambang mengatakan perusahaan harus terus meningkatkan produksi bibit untuk dapat memenuhi kebutuhan internal.
Selain itu, upaya peningkatan produksi ini juga dapat menyuplai kebutuhan pasar akan produk bibit yang unggul dan bersertifikat.
Pusat pembibitan di Jawa Timur, lanjut Bambang, telah menjual bibit Jati, namun masih dalam jumlah kecil.
Untuk meningkatkan produksi, Perhutani berencana membuka kebun bibit baru seluas 4.000 ha. Kebun tersebut diproyeksi dapat menghasilkan 4 juta-4,5 juta bibit per tahun.
"Sekarang kita buka kebun-kebun bibit baru. Investasinya kecil. Yang penting untuk memenuhi kebutuhan rutin kita, kalau lebih baru kita jual atau bagikan kepada masyarakat," katanya.
Pertengahan November 2013, Menteri Kehutanan menerbitkan Keputusan Menhut No.SK/707/MENHUT-II/2013 tentang Jenis Tanaman yang Benihnya Wajib diambil dari Sumber Benih Bersertifikat.
Dalam beleid tersebut, Perum Perhutani sebagai BUMN yang memiliki sumber daya genetik, khususnya Jati dan Pinus, diamanatkan untuk mendukung penyaluran materi geneti bibit pohon tersebut.
"Perhutani memang dari dulu menyiapkan sumber daya genetiknya. Masyarakat bisa dapat, tetapi melalui Litbang Perhutani, kalu ambil sendiri-sendiri rusak pohonnya," kata Bambang.
Hingga November 2013, Perhutani telah merealisasikan tebangan sebanyak 95% dari rencana tahunan atau setara 800.000 m3.
Komoditas kayu menyumbang sekitar 55% terhadap total pendapatan perusahaan yang tahun ini ditargetkan mencapai Rp3,9 triliun.
Selain mengembangkan industri kayu dan gondorukem, Perhutani tengah menekuni bisnis air minum kemasan.
Bambang optimistis kapasitas produksi air minum kemasan Perhutani akan melonjak 10 kali lipat dari 1 juta liter menjadi 10 juta liter.
"Lokasinya di Lumajang, Jawa Timur. Ini untuk menyuplai kebutuhan air minum kemasan di Bali, terutama prime quality," katanya. (ra)