Bisnis.com, SINGAPURA – Masa depan perkebunan kelapa sawit di Indonesia berada di bawah bayang-bayang ketiadaan petani lantaran anak para petani tidak mau melanjutkan pekerjaan orang tuanya.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan) 2012 tercatat jumlah petani kelapa sawit sebanyak 1.833.550 Kepala (KK), sedangkan 2002, jumlahnya hanya 812.140 KK.
"Mereka sudah sekolah tinggi. Jadi tidak mau kembali jadi petani,” kata Goh Lin Piao, Direktur Grup Corporate & External Affair April di sela-sela acara News Convergence Skill For Today Journalists di Nanyang Technological University Singapura, Kamis (21/11/2013).
Termasuk di perkebunan kelapa sawit milik petani plasma Asian Agri, salah satu usaha di bawah April Grup milik Sutanto Tanoto. Saat ini, lahan petani plasma Asian Agri ada sekitar 60.000 hektare dari total luas lahan 160.000 hektare.
Padahal, potensi pasar crude palm oil (CPO) dunia hingga 2020 teus memperlihatkan tren meningkat. “Sampai 2020, permintaan global diperkirakan tumbuh 20% menjadi 60 juta ton,” ujarnya.
Sementara itu, Indonesia salah satu produsen CPO terbesar selain Malaysia. “Sampai 2012, produksi CPO Indonesia sudah mencapai 25 juta ton,” ujarnya.
Bahkan, diharapkan, dari 8 juta hektare lahan di Indonesia akan bertambah menjadi 13 juta hektare pada 202. “Tapi anak petani sudah tidak mau menjadi petani. Ini salah satu persoalan,” ujarnya.
Untuk itu, pihak perusahaan akan membantu mengubah cara pandang petani dari petani menjadi pengusaha. “Kami perlu ajari ilmu entrepreneur, sehingga mereka bersikap sebagai pengusaha. Caranya, berikan pelatihan entrepreneur,” tuturnya.
Selain itu, katanya, petani juga akan ditingkatkan kapasitas dirinya. Mengajak mereka menaikkan produktivitas, membukakan mereka akses ke perbankan.
Apalagi, menurut oh Lin Piao, ke depannya persoalan kritikan terkait lingkungan masih akan terus berlanjut. “kemampuan petani mengelola lahan secara berkelanjutan, akan terus dibantu dibenahi,” katanya.