Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Rusia Serius Bangun Smelter Alumunium US$3 Miliar

Pemerintah memastikan keseriusan rencana investasi Russian Alumunium Company (Rusal) di Indonesia dengan membangun smelter aluminum dengan nilai US$3 miliar.

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah memastikan keseriusan rencana investasi Russian Alumunium Company (Rusal) di Indonesia dengan membangun smelter aluminum dengan nilai US$3 miliar.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan rencana investasi total Rusal senilai US$6 miliar, sedangkan investasi awal akan digunakan untuk membangun smelter alumunium terlebih dahulu.

“Pemerintah Rusia menargetkan pembangunan smelter di Kalimantan karena basis produksi bauksit memang di sana,”ucapnya hari ini, Selasa (19/11/2013).

Terkait dengan waktu pembangunan smelter alumunium, dirinya mengatakan akan dilakukan secepatnya.

Menurutnya, selama ini Indonesia dikenal sebagai produsen bauksit terbesar keenam didunia tetapi selalu mengimpor alumina [produk turunan alumunium] karena tidak adanya smelter untuk mengolah bauksit menjadi alumina.

Potensi investasi Rusal itu, tuturnya, dapat diintegrasikan dengan kegiatan produksi PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) dalam memproduksi alumina sehingga dapat memperkuat industri hilir Indonesia dan  mengurangi ketergantungan impor bahan baku penolong [alumina].

Dengan adanya investasi tersebut, Hatta mengharapkan Indonesia mampu menjadi basis produksi alumuium dan mendorong Indonesia menjadi produsen Alumunium terbesar di dunia.

Dia menambahkan pihak Rusal juga menginginkan kemitraan dengan perusahaan lokal yaitu PT Antam Tbk dan dirinya menyambut baik komitmen Rusal tersebut.

Namun, satu hal yang dia tekankan, komitmen investasi tersebut harus didukung dengan payung hukum yang memadai, misalnya terkait dengan penerapan Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba).

Undang-undang tersebut mewajibkan perusahaan tambang untuk memiliki pabrik pengolahan dan pemurnian tambang mineral sehingga meminimalkan impor bahan baku penolong.

Apalagi dalam waktu dekat, berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No 20 tahun 2013, pemerintah akan memberlakukan larangan ekspor barang mentah mineral (raw material) pada 12 Januari 2014.

“Kepastian implementasi undang-undang dan peraturan menteri itu penting agar tidak memukul rencana investasi Rusal. Jangan sampai kita tidak konsisten dengan  peraturan yang ada,”tekannya.

Sementara itu, Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) mendukung implementasi peraturan menteri tersebut karena dapat memperkuat industri hilir Indonesia yang selama ini dinilai masih jauh dari harapannya.(Amanda K. Wardhani)

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper