Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis.com, JAKARTA - Kapasitas produksi ikan sidat di Indonesia diproyeksi mencapai 12.000 ton, namun realisasi produksinya tercatat hanya sebesar 500 ton atau sekitar 4% dari total kapasitas itu. 

Direktur Produksi Ditjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Coco Kokarkin menuturkan ikan sidat tropis menjadi komoditas perikanan yang mulai banyak dikembangkan di Indonesia seiring permintaan dunia yang terus meningkat. Pasar Jepang diproyeksi menyerap 200.000 ton ikan sidat, sedangkan pasar Amerika Serikat mencapai 100.000 ton. 

"Kapasitas produksi kita 12.000 ton, tapi produksinya sekarang hanya sekitar 500 ton," ujar Coco dalam seminar internasional terkait budidaya ikan sidat di Asia hari ini, Rabu (13/11/2013). 

Berdasarkan data KKP, wilayah penangkapan ikan sidat jenis glass eel berada di Pelabuhan Ratu, Cilacap, Purworejo, dan Jember dengan kapasitas tangkapan mencapai 4.553 ton pada 2000 dan anjlok menjadi 1.149 ton pada 2010. Harga ikan sidat dewasa dibandrol Rp500.000-700.000/Kg. 

Namun, penangkapan ikan sidat yang tidak terkendali menyebabkan produksinya terus menurun. Di Danau Poso, Sulawesi Tengah, produksi ikan sidat anjlok dari 41,5 ton pada 1990 menjadi 6,49 ton pada 2009. 

"Populasi ikan sidat di Poso dalam bahaya karena penangkapan tidak terkendali saat masa migrasi dan perubahan ekosistem akibat polusi, limbah, dan pengembangan hidropower," kata Gadis Sri Haryani, Peneliti Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 

Sementara itu, Indonesia dinilai sebagai lokasi yang potensial untuk mengembangkan budidaya ikan sidat tropis, terutama spesies Anguilla marmorata. 

Wann Nian Tzeng, peneliti dari Institute of Fisheries Science, National Taiwan University, menuturkan tangkapan ikan sidat di beberapa negara di Asia Timur terus menurun. 

"Pada 2006 itu total tangkapan Taiwan, China, Jepang, dan Korea bisa mencapai 160,1 ton, tapi pada 2012 tinggal 20-25 ton. Indonesia potensial untuk mengembangkan ikan sidat tropis dan menjadi eksportir ke negara-negara Asia Timur," kata Tzeng. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ana Noviani
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper