Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

2014, BI Masih Fokus Tekan Defisit Transaksi Berjalan

Kebijakan moneter Bank Indonesia tahun depan masih fokus pada upaya menekan defisit neraca transaksi berjalan demi menjaga stabilitas perekonomian.
Bank Indonesia/JIBI
Bank Indonesia/JIBI


Bisnis.com,  JAKARTA--Kebijakan moneter Bank Indonesia  tahun depan masih fokus pada upaya menekan  defisit neraca transaksi berjalan demi menjaga stabilitas perekonomian.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara memprediksikan pada 2014 Indonesia masih  mengalami defisit transaksi berjalan. Kendati demikian, dia optimistis kebijakan makro prudensial BI mampu menekan defisit hingga di bawah 3% dari GDP.

"Pada kuartal II/2013, defisit transaksi berjalan Indonesia mencapai 4,4% dari GDP. Pada kuartal III/2013 ini akan terjadi penurunan tipis, dan pada tahun depan akan diusahakan di bbawah 3%," ujarnya di sela-sela Indonesia Investment Forum 2013, Senin (11/11/2013).

Adapun, kelanjutan defisit transaksi berjalan masih diproyeksi masih didominasi oleh importasi migas. Hal tersebut, menurut Mirza, merupakan permasalahan utama.

Stabilitas, lanjut Mirza, merupakan prioritas BI pada tahun depan. Pasalnya, Indonesia tengah menghadapi penurunan capital inflow. Penurunan ini bahkan tak hanya dihadapi oleh Indonesia, tapi juga negara berkembang lainnya.

"Oleh karena itu perekonomian kita harus sehat. Ekspansi kredit perbankan juga sudah mulai kami tekan, alihkan ke sektor yang lebih produktif. Importasi juga," tambah Mirza.

Ekonom jebolan New York University Nouriel Roubini menyebutkan, prioritas BI untuk menjaga stabilitas perekonomian melalui berbagai regulasi pengetatan pada tahun ini belum tentu akan berlanjut hingga tahun depan.

BI, lanjut Roubini, harus memperhatikan aspek makro ekonomi lainnya, seperti inflasi dan perkembangan kondisi neraca transaksi berjalan, sebelum mengambil kebijakan prudensial lanjutan pada 2014.

"Pada tahun depan, jika inflasi dan defisit transaksi berjalan dapat ditekan, saya pikir BI tak perlu meningkatkan kebijakan mereka, hanya meneruskan. Pendekatan untuk mengambil kebijakan adalah melalui data. Jika inflasi tak terkendali, maka  bisa jadi BI akan meningkatkan interest rate 25-50 basis poin,"  kata Roubini kepada Bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ismail Fahmi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper