Bisnis.com, JAKARTA - Produsen biofuel Indonesia menyatakan siap meningkatkan kapasitas produksi bahan bakan nabati (BBN) pada tahun depan seiring dengan penerapan kebijakan wajib menggunakan campuran BBN biodisel bagi industri maupun transportasi hingga 10%.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan mengatakan ketersediaan crude palm oil (CPO) atau produk turunan kelapa sawit dalam negeri masih sangat memadai.
Hanya saja, katanya, pemerintah harus mendorong pelaku usaha industri pengguna mesin penggerak untuk menggunakan biodisel.
“Salah satu alasan kalangan industri ragu dalam menggunakan BBN adalah hilangnya jaminan apabila peralatannya menggunakan BBN, untuk itu perlu disosialisasikan manfaatnya juga dengan membuat terobosan garansi untuk mesin-mesinnya,” katanya usai acara Sosialisasi Kebijakan Penggunaan Bahan Bakar Minyak Nabati (BBN) Pada Sektor Industri Motor Penggerak/ Diesel Engine, Kamis (7/11/2013).
Dia menerangkan proyeksi produksi minyak sawit dan biomasa pada 2015 sebanyak 30 juta ton terdiri dari 10 juta ton di antaranya dimanfaatkan untuk domestik dan 20 juta ton untuk ekspor. Sementara itu, hingga 2020 diproyeksikan untuk domestik 13 juta ton dan ekspor 27 juta ton.
“Lahan untuk kelapa sawit sebenarnya juga masih memadai,” ujarnya.
Tahun depan, kata Paulus, Aprobi juga akan menyiapkan 3,3 juta kiloliter biofuel untuk Pertamina, dan sekitar 300.000 kiloliter untuk perusahaan lain seperti Shell.
“Peningkatan produksi ini bergantung pemakaian, kalau tender dengan Pertamina berhasil, kami bisa menyiapkan itu,” imbuhnya.
Paulus menjelaskan produksi biodisel dari tahun ke tahun cukup mengalami pertumbuhan. Namun, pada tahun ini, jumlah produksi pun menurun menjadi 954.000 kiloliter, dan sekitar 462.000 kiloliter di antaranya untuk konsumsi domestik dan 492.000 kiloliter untuk ekspor.