Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Benang Masih Menjanjikan

API Jawa Barat mengungkapkan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di sektor hulu masih tetap menjanjikan, karena mayoritas masih mengandalkan produk impor.

Bisnis.com, BANDUNG—Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat mengungkapkan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di sektor hulu masih tetap menjanjikan, karena mayoritas masih mengandalkan produk impor.

Sekretaris API Jabar Kevin Hartanto mengemukakan sejak diberlakukannya program peremajaan mesin pada 2007 sektor pemintalan benang kian digemari investor.

"Meski dibanjiri produk impor, permintaan produk benang lokal masih kuat di pasar ekspor karena kualitas benangnya yang mampu berdaya saing," katanya, Kamis (7/11/2013).

Menurutnya, peningkatan kualitas benang didukung keandalan mesin yang terawat dengan baik, sehingga produknya memiliki kualitas tinggi.

Dia mengungkapkan sektor pertenunan mengalami pelemahan karena sulit bersaing dengan produk impor, sehingga tidak sedikit industri yang gulung tikar atau mengurangi jumlah karyawan.

Menurutnya, industri lebih memilih bahan baku kain dari China dibandingkan dengan produk lokal karena harganya jauh lebih murah dengan kualitas hampir sama.

"Adapun, untuk industri garmennya masih cukup kuat untuk bersaing dengan produk impor karena produk pakaian jadi lokal masih diminati pasar dalam negeri."

Kevin menambahkan, API optimistis industri TPT Jabar bisa menyerbu pasar Asean saat pemberlakukan Asean Economic Community (AEC) 2015.

Menurut dia, produk TPT Jabar cukup kuat karena struktur industri tekstilnya terbilang lengkap dan memiliki kelebihan terhadap negara Asia Tenggara lainnya.

“Kami punya industri tekstil dari hulu sampai hilir, mulai produksi serat sampai pakaian jadi. Saat AEC nanti produk TPT Jabar sudah bisa bersaing,” tegasnya.

Pada perkembangan lain, Wakil Ketua Bidang Eksternal Koperasi Industri Teksti (Koperintek) Kabupaten Bandung Asep Zaenal mengatakan AEC akan memaksa industri kecil dan menengah (IKM) terseret dalam persaingan pasar bebas.

Akan tetapi, pihaknya menyayangkan belum adanya perhatian dari pemerintah dan pihak terkait untuk memebantu meningkatkan kualitas SDM dan pengelolaan usaha yang baik bagi IKM.

“Dampak persaingan pasar bebas ini bisa melebihi dari imbas penaikan BBM karena kalangan IKM belum siap menghadapinya,” tuturnya.

Menurutnya, apabila tidak ada proteksi dan insentif dari pemerintah, Koperintek memastikan akan banyak IKM yang gulung tikar dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga tingkat pengangguran semakin tinggi.

Dia berharap pemerintah bisa merumuskan kebijakan dan strategi menghadapi AEC dari saat ini, terutama dalam mendorong peningkatan kapasitas pelaku IKM.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar menunjukkan pertumbuhan produksi IKM pada triwulan III/2013 di Jabar turun sebesar 7,29% dibandingkan dengan triwulan II 2013.

Ada 15 dari 22 jenis industri yang mengalami pertumbuhan negatif. Tiga jenis industri yang paling besar menyumbang penurunan produktivitas yakni industri tekstil, alat angkutan, dan pakaian jadi.

Produksi industri tesktil dan produk tekstil (TPT) turun 10,27%, disusul industri alat angkutan yang turun 11,71% dan industri pakaian jadi 14,65%.  (ra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Sumber : Ria Indhryani, Wandrik Panca Adiguna
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper