Bisnis.com, BOGOR - Meskipun tingkat inflasi Oktober 2013 tercatat naik 0,09%, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tetap memperkirakan inflasi akhir tahun berada di bawah level 9%.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), laju inflasi Oktober 2013 relatif lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun-tahun sebelumnya yakni inflasi Oktober 2012 sebesar 0,16%, 2010 sebesar 0,06%, 2009 sebesar 0,19%, dan 2008 0,45%.
Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Prasetijono Widjojo mengatakan inflasi diperkirakan masih akan terjadi pada dua bulan terakhir ini didorong momen liburan sekolah hingga hari raya. Kendati demikian, lanjutnya, kebutuhan tersebut masih dalam tren menurun.
“Sekarang kan, tingkat inflasi sejak awal tahun berjalan [year to date] ini di level 7,86%. Kami masih tetap optimistis inflasi akhir tahun di bawah 9%, atau diharapkan di 8,6% sesuai prediksi awal kami,” ujarnya, dalam Media Gathering 2013, Jumat (1/11/2013).
Menurutnya, peluang deflasi pada periode November dan Desember cukup sulit, apalagi secara historis pada periode tersebut jarang mencatatkan deflasi. Oeh karena itu, lanjutnya, pemerintah diharapkan dapat menjaga ketersediaan bahan pokok guna menekan inflasi.
Di sisi lain, Bappenas juga mengingatkan pemerintah untuk mengimplementasikan langkah-langkah konkret terkait sektor energi. Selain memperburuk kinerja neraca perdagangan Indonesia, lanjutnya, alokasi subdisi energi pada 2014 pun terbesar dibandingkan dengan subsidi lainnya.
Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia periode September 2013 tercatat defisit US$657,2 juta. Capaian tersebut berbanding terbalik jika dibandingkan dengan periode Agustus 2013 yang tercatat surplus US$132,4 juta.
BPS melaporkan ekspor September US$14,81 miliar atau turun 6,85% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Sementara itu, impor September justru naik 0,77% menjadi US$15,47 miliar. Dengan demikian, defisit September membentuk defisit kumulatif Januari-September US$6,26 miliar.