Bisnis.com, BATAM - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kepulauan Riau menilai aksi mogok nasional yang dilakukan sekitar 10.000 orang pekerja merusak citra Batam sebagai kawasan industri bergengsi di Asia Pasifik.
"Ini kerugian nasional. Citra Batam rusak," kata Ketua Apindo Kepri Cahya di Batam, Kamis (31/10/2013).
Dia mengatakan selama ini Kota Batam hidup dan besar dari investasi, sehingga citranya harus dijaga agar penanam modal tidak resah dan tutup.
Menurut dia, mogok nasional memang menyebabkan banyak pengusaha merugi karena aktivitas di pabrik tutup, namun nilainya tidak sebanding dengan citra yang rusak.
"Saya tidak bisa menghitung seluruh kerugian. Banyak sekali, tapi lebih penting lagi, kerugian karena citra yang rusak," kata dia.
Apalagi, buruh memaksakan kehendak dengan menutup kawasan industri dan melarang pekerja melaksanakan pekerjaannya.
Aksi sweeping sangat meresahkan, tidak saja pelaku industri, namun melainkan juga seluruh warga Batam. "Anak sekolah jadi tidak bisa lewat, pengusaha lain yang bukan industri juga dirugikan," kata dia.
Meski banyak kawasan industri di tutup, namun menurut Cahya industri Batam tidak lumpuh. Karena hanya kurang dari 20 persen perusahaan yang tutup akibat mogok nasional.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Kota Batam Ahmad Maruf mengatakan aksi sweeping memaksa banyak perusahaan tutup.
Akibat penutupan operasional pabrik, maka banyak perusahaan merugi. Sayangnya, ia enggan mengkalkulasi kerugian yang dialami seluruh perusahaan Batam. "Kalau perusahaan saya saja, rugi 30.000 dolar AS dalam sehari tutup," kata dia.
Perusahaan miliknya terpaksa tutup karena pekerja ditahan aktivis SPMI sehingga tidak bisa memasuki areal pabrik.
DIa berharap aparat keamanan tegas dalam menindak pekerja yang merusak dan memaksakan kehendak dengan melarang buruh lain untuk bekerja.