Bisnis.com, JAKARTA — BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID mendorong peningkatan produksi dan penguatan hilirisasi timah untuk menghadirkan multiplier effect bagi ekonomi nasional.
Melalui PT Timah Tbk (TINS), MIND ID memastikan bahwa pengolahan timah terus diarahkan untuk memberi manfaat nyata bagi perekonomian. Upaya ini tak lepas dari kinerja positif PT Timah.
Tercatat, produksi bijih timah meningkat 31% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 19.437 ton pada 2024. Sementara itu, produksi logam timah naik 23% yoy menjadi 18.915 metrik ton dan penjualan logam timah tumbuh 22% yoy menjadi 17.507 metrik ton.
Corporate Secretary MIND ID Pria Utama menyampaikan, timah merupakan salah satu komoditas mineral kritis yang pengelolaannya harus dijalankan secara bertanggung jawab. Selain itu, pengolahan timah juga harus mampu memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat.
"MIND ID selaku holding yang menaungi Timah akan terus konsisten menjamin bahwa pengolahan timah mampu memberikan dampak nyata bagi perekonomian nasional, baik melalui peningkatan pendapatan negara maupun penciptaan lapangan kerja," ujarnya melalui keterangan resmi, Rabu (14/5/2025).
Dari sisi kinerja, Pria memaparkan bahwa operasional dan bisnis Timah telah menunjukkan tren positif. Menurutnya, realisasi produksi dan penjualan pada 2024 tadi berkontribusi pada peningkatan pendapatan perusahaan sebesar 29,37% yoy menjadi Rp10,86 triliun.
Baca Juga
Adapun, EBITDA tercatat melonjak 396% menjadi Rp2,71 triliun dan laba bersih tumbuh signifikan menjadi Rp1,19 triliun.
Pria menekankan bahwa penggunaan teknologi peleburan TSL ausmelt furnace menjadi motor penggerak utama dalam mengolah bijih timah berkadar rendah, yakni 40% hingga 70% Sn, dengan kapasitas produksi hingga 40.000 ton timah cair per tahun.
Selain aspek operasional, PT Timah juga terus melakukan inovasi dalam pengembangan produk hilir. Salah satunya adalah keberhasilan mengembangkan dimethyltin dichloride (DMT) dalam bentuk solid, yang sebelumnya hanya tersedia dalam bentuk cair. Menurut Pria, inovasi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga membuka peluang baru dalam penyediaan bahan baku industri panel surya. Hal ini dinilai mampu memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok teknologi global.
Selain itu, PT Timah juga memiliki program pengembangan mineral logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth element di Tanjung Ular, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
“Dengan hilirisasi yang jalankan secara berkelanjutan ini, kami terus mengupayakan agar timah menjadi salah satu mineral yang juga siap untuk menjadi tulang punggung bagi penguatan ekonomi menuju Indonesia Emas 2045," kata Pria.