Bisnis.com, CIREBON — PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dinilai belum serius mengelola Pelabuhan Cirebon karena hingga saat ini belum mampu meningkatkan fungsi pelabuhan secara maksimal.
Koordinator Forum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Wilayah III Cirebon Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat mengatakan selama ini Pelindo II masih belum mampu meningkatkan kapasitas, perawatan, dan perluasan areal pelabuhan.
Menurutnya, pihak Pelindo II terus berdalih tingkat sedimentasi di perairan laut Cirebon sangat tinggi sehingga terdampak pada perawatan yang memerlukan biaya tinggi. Padahal kondisi serupa terjadi hampir di seluruh perairan Laut Jawa.
“Sedimentasi di Pelabuhan Tanjung Priok juga sama parahnya dengan Pelabuhan Cirebon. Tanjung Priok masih jadi tumpuan ekspor/impor karena selalu dirawat, sementara Cirebon sangat minim,” katanya, Minggu (19/10/2013).
PRA Arief mengungkapkan perlakuan Pelindo II masih mengesampingkan Pelabuhan Cirebon dalam melakukan aktivitasnya. Padahal, jika dicermati Pelabuhan Cirebon bisa membantu aktivitas ekspor/impor di Pelabuhan Tanjung Priok yang sudah overload.
“Sudut pandang Pelindo dan kami sebagai masyarakat Jabar berbeda. Kami hanya ingin daerah bisa menikmati dana bagi hasil pengelolaan pelabuhan untuk pembangunan,” ujarnya.
PRA Arief menambahkan industri dari Jabar yang mengakses Pelabuhan Tanjung Priok jumlahnya mencapai 70% dari total industri di Indonesia yang melewati pelabuhan tersebut.
Akan tetapi, ungkapnya, selama ini Jabar tidak bisa menikmati pendapatan dari dana bagi hasil pengelolaan pelabuhan.
“Kalau Jabar punya pelabuhan yang representatif, misalnya memaksimalkan Pelabuhan Cirebon, otomatis pendapatan dari dana bagi hasil pengelolaan pelabuhan bisa dinikmati masyarakat Jabar,” katanya.
Terkait rencana pemerintah membangun Pelabuhan Cilamaya di Karawang, PRA Arief mengatakan harus dibarengi dengan perbaikan, perluasan, dan perawatan Pelabuhan Cirebon yang nantinya dapat digunakan untuk aktivitas ekspor/impor sambil menunggu Pelabuhan Cilamaya rampung.
“Kebutuhan akan pelabuhan berskala internasional di Jabar sudah mendesak. Maka pembangunan pelabuhan baru dan memaksimalkan yang sudah ada merupakan suatu kebutuhan bagi Jabar,” ujarnya.
Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat menilai Pelabuhan Cirebon bisa dijadikan alternatif sementara untuk ekspor/impor barang industri sebelum pengoperasian Pelabuhan Cilamaya yang masih lama dilakukan.
Ketua Apindo Jabar Deddy Widjaya mengatakan selama ini aktivitas di Pelabuhan Cirebon masih didominasi oleh Batubara.
“Kami mendorong menjadikan Cirebon sebagai pelabuhan ekspor/impor untuk industri di Jabar dan sekitarnya,” katanya.
Deddy beralasan pembangunan insfrastruktur yang direncanakan pemerintah antara pembangunan BIJB Kertajati, pengembangan industri, tol luar kota, dan lainnya menjadi pemicu untuk kegiatan ekspor/impor tersebut.
Apindo ingin Cirebon menjadi pelabuhan yang terus agresif dalam melakukan aktivitasnya.
"Saat ini banyak pelaku industri yang mengeluh ketika harus mengangkut kontainer ke Jakarta dengan kondisi lalu lintas dan keadaan jalan raya yang membuat biaya jadi tinggi,” katanya.