Bisnis.com, JAKARTA – Selain menekankan pentingnya peran investasi dalam bentuk modal, agenda APEC 2013 juga menggarisbawahi pentingnya investasi sumber daya manusia.
Mengutip pernyataan John Kerry, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, pada sesi America's Leadership and Priorities: What They Mean for the World’ di APEC CEO Summit 2013 pada Senin (7/10/2013) yang mengatakan pentingnya inovasi dalam keberhasilan perekonomian AS.
“Salah satunya adalah perusahaan besar seperti Google dan Apple,” ujar John Kerry.
Indonesia sendiri sekarang dihadapkan dengan kompetisi pasar bebas dengan melalui sejumlah kesepakatan yang dihasilkan pada forum APEC 2013 dan wacana ASEAN Economic Community (AEC) pada 2015.
Dalam waktu tidak lebih dari 2 tahun, Indonesia harus bersiap dalam menghadapi aliran mobilisasi modal, komoditas, dan sumber daya manusia dari luar negeri.
Berdasarkan laporan Global Human Capital Index 2013 yang dirilis oleh The World Economic Forum, Indonesia menempati posisi 53 di bawah Malaysia yang berada pada peringkat 22, dan Thailand pada peringkat 44.
Direktur Eksekutif Institute for Development Economic and Financial (Indef) Enny Sri Hartati mengungkapkan kualitas sumber daya manusia Indonesia jika dilihat dari statistik masih kalah dibandingkan dengan negara maju lainnya.
“Proporsi masyarakat Indonesia yang bependidikan sekolah dasar ke bawah emmang cukup besar dari total populasi sebesar 250 juta sedangkan tingkat sarjana ke atas hanya mencapai 15%,” terang Enny, Selasa (8/10/2013).
Dia mengungkapkan pertumbuhan ekonomi tidak hanya membutuhkan orang-orang dengan pendidikan tinggi tetapi juga yang berpendidikan rendah, terutama di sektor industri padat karya.
“Intinya, untuk tahap awal janganlah sektor ketenagakerjaan diliberalisasi semua, cukup hanya sektor perdagangan saja,” tambahnya.
Selain itu, kata Enny, pemerintah harus merevisi undang-undang ketenagakerjaan agar upaya perlindungan terhadap tenaga kerja Indonesia memiliki payung hukum yang kuat. “Undang-undang yang dihasilkan pun harus mengatur secara proporsional antara tenaga kerja domestik dan asing,” tekannya.
Di lain pihak, Direktur Eksekutif Indonesia for Global Justice (IGJ) M. Riza Damanik mengatakan jika Indonesia tidak bersiap dengan kualitas sumber daya manusia yang terampil maka Indonesia tidak lebih dari sekedar negara konsumen semata.