Bisnis.com, JAKARTA—Di tengah tren positif peningkatan nilai investasi real estate di wilayah lain, pasar properti Asia Pasifik justru mengalami perlambatan pada kuartal III (Q3) 2013.
Lembaga riset properti internasional Jones Lang LaSalle, melalui penelitian Capital Markets, menyatakan volume investasi real estate komersial di Asia Pasifik hanya mencapai mencapai US $ 23 miliar.
Jumlah total investasi tersebut hanya meningkat sebesar 1% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2012. Bahkan pencapaian tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan Q2 2013.
“Itu turun sebesar 30% dari Q2 ke Q3,” ungkap laporan riset yang diterima Bisnis, Senin (7/10/2013).
Berbeda dengan Asia pasifik, volume transaksi pada Q3 di wilayah Amerika mencapai US $60 miliar atau meningkat 15% dibandingkan Q2 2013. Jumlah tersebut meningkat 35% dibandingkan Q3 2012. Sementara untuk wilayah European Middle East & Africa (EMEA) mencatat pertumbuhan sebesar 27% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
“EMEA juga membukukan pertumbuhan yang kuat yang mencapai US $42 miliar.”
Adapun, hasil riset yang meliputi 60 negara dan lebih dari 130 kota di seluruh dunia ini menunjukkan volume transaksi global pada Q3 2013 mencapai US $125 miliar. Jumlah tersebut meningkat sebesar 3% dibandingkan dengan Q2 2013.
“Jika dibandingkan dengan Q3 2012, capaian tersebut meningkat 25%.”
Dengan pencapaian tersebut, hasil peneilitan Capital Markets yang dilakukan Jones Lang LaSalle dalam enam kuartal terakhir menunjukkan volume investasi global selalu berada di atas nilai US $100 miliar.
Sementara itu, Direktur Riset Global Capital Markets Jones Lang LaSalle David Green-Morgan memprediksi jika bank sentral di seluruh dunia mampu menyediakan kebijakan moneter yang akomodatif volume investasi hingga akhir 2013 mencapai US $500 miliar.
“Jika The Federal Reserve dan bank sentral lain untuk setidaknya beberapa kuartal ke depan biaya pendanaan yang lebih tinggi bisa dihapus. Maka target akan mendekati dan bahkan dapat melebihi US $500 miliar,” katanya.