Bisnis.com, JAKARTA—Izin impor kedelai yang diberikan kepada Bulog dan Gabungan Koperasi Perajin Tahu dan Tempe Indonesia dinilai belum mampu menurunkan harga kedelai di pasar nasional, karena tetap bergantung pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Braman Setyo, Deputi Bidang Produksi Kementerian Koperasi dan UKM,mengungkapkan secara umum kedelai yang digunakan sebagai bahan baku tahu dan tempe masih berasal dari impor.
”Meski stok kedelai banyak, tetapi tidak berpengaruh pada penurunan harga di pasar yang masih di kisaran Rp9.100—Rp9.700 per kilogram. Padahal, industri tahu tempe mengharapkan bisa ke angka semula Rp8.350 per kilogram,” katanya kepada Bisnis, Kamis (3/10/2013).
Berdasarkan laporan perajin ketika meninjau geliat industri tahu tempe di kawasan Jakarta, Braman menjelaskan secara umum perajin tahu tempe meminta agar pemerintah bisa mengkatrol harga kedelai tidak lebih dari angka saat ini.
Menurut dia, perajin lebih memilih pemasaran kedelai ditangani langsung Badan Urusan Logistik (Bulog), terutama untuk menyangga harga kedelai agar tidak meningkat terus.
Saat ini, pemerintah di bawah koordinasi Kementerian Perdagangan masih terus melakukan operasi pasar dengan tujuan menurunkan kembali harga kedelai ke tingkat normal.