Bisnis.com, MELBOURNE – Harga kedelai menguat setelah turun ke level terendah dalam 1 bulan, terdongkrak permintaan terhadap stok AS meningkat akibat kekhawatiran penipisan persediaan.
Kontrak untuk pengiriman November naik 0,6% menjadi US$13,16 per bushel di Chicago Board of Trade pada pukul 10.47 pagi waktu Singapura. Sebelumnya, harga turun 0,2% menjadi US$13.0525, yang merupakan terendah sejak 23 Agustus.
Kedelai reli untuk 6 pekan berturut-turut hingga 13 September seiring dengan kondisi tanaman di Midwest memburuk akibat cuaca panas dan kering, sesuai dengan data Departemen Pertanian AS.
Setelah lembaga tersebut memproyeksikan output pulih dari capaian tahun lalu, departemen tersebut memangkasi proyeksi panen 3,3% pada bulan ini, dan menurunkan proyeksi stok 32%.
Ekspor naik ke level 16,8 juta bushels pada pekan ini yang berakhir 19 September dari pekan sebelumnya 2,97 juta bushel, demikian USDA.
“Hal yang sangat signifikan adalah permintaan terhadap ekspor biji – bijian AS,” kata Luke Mathews, ahli strategi komoditas pada Commonwealth Bank of Australia. “Proyeksi terbaru USDA yang diambil pada level 150 juta bushel untuk 2013-2014 masih sangat, sangat ketat.”
Produksi kedelai AS diperkirakan mencapai 3.149 miliar bushels dari proyeksi 3.255 miliar pada Agustus dan tahun lalu sebanyak 3.015 miliar, demikian USDA. Stok diperkirakan 150 juta bushels dari estimasi Agustus 220 juta.
USDA menyatakan sekitar 50% tanaman kedelai di AS dalam kondisi yang sangat baik setidaknya sampai dengan 22 September, sama dengan pekan sebelumnya. Sekitar 55% tanaman jagung mendapatkan peringkat terbaik, dari 53% pada pekan sebelumnya.
Jagung untuk pengiriman Desember rugi sekitar 0,4% menjadi US$4,5125 per bushel dan diperdagangkan pada harga US$4,53. Gandum untuk pengiriman Desember naik 0,3% menjadi US$6,555 per bushel.