Bisnis.com, SURABAYA -Pelaku usaha menilai konversi biaya penanganan kontainer atau terminal handling charges (THC) dari dolar Amerika Serikat ke rupiah bisa mencapai Rp10,7 triliun. Selain menekan ketergantungan terhadap dolar, konversi juga memberikan kepastian usaha.
Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Wilayah Jawa Timur Hengky Pratoko menguraikan permintaan dolar terkait dengan bisnis kepelabuhanan sangat banyak. Biaya pertama berasal dari terminal penurunan dan penaikan barang berupa THC.
"Transaksi fase ini menggunakan dolar, karena sifat hubungannya dengan operator lokal seharusnya bisa dikonversi menjadi rupiah," jelasnya hari ini, Selasa (17/9/2013).
Dia mengilustrasikan dengan asumsi ada 10 juta kontainer secara nasional dengan ukuran 20 feet dan kurs dolar Rp11.300 maka nilai konversi Rp10,7 triliun. Padahal, praktiknya kontainer 20 feet dikenai biaya US$95 dan 40 feet dikenai US$145.
Menurutnya, penggunaan dolar memiliki beberapa sisi kurang menguntungkan sebab pengusaha harus menyediakan dolar yang siap pakai setiap waktu.
Praktik ini, sambungnya, sering terkendala persoalan di lapangan, semisal fisik uang dolar lecek atau bekas terkena pengokot (stapler). Kedua kondisi itu menyebabkan nilai tukar diakui lebih rendah.
Penurunan nilai akibat kondisi uang bisa Rp1.000 per dolar AS. Bila biaya per kontainer ukuran 20 feet US$95 dan US$145 untuk kontainer 40 feet, maka penurunannya cukup besar.
"Coba saja beli US$50 lalu stapler dan jual kembali maka nilai perdolarnya bisa turun Rp1.500, nilai jadi besar bila dikalikan kontainer yang dihandle," tambahnya.
Hengky menguraikan pembayaran THC mayoritas dilakukan secara tunai. Meski perusahaan besar dengan nilai pengiriman atau penarikan kontainer 5.000 feet lebih bisa juga dengan sistem transfer.
Meski tanpa menggunakan uang tunai, sambungnya, penggunaan dolar dalam pembayaran jasa kepelabuhanan tetap memengaruhi usaha. Pasalnya, perusahaan merencanakan biaya dalam rupiah, sehingga bila asumsi nilai tukar meleset beban perusahaan otomatis bertambah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
