Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Praktik Kartel Kedelai Dinilai Makin Mulus

Bisnis.com, JAKARTA – Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mensinyalir Peraturan Menteri Perdagangan No 45/2013 tentang Ketentuan Impor Kedelai menjadi penyebab terjadinya gejolak harga kedelai di pasaran.

Bisnis.com, JAKARTA – Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mensinyalir Peraturan Menteri Perdagangan No 45/2013 tentang Ketentuan Impor Kedelai menjadi penyebab terjadinya gejolak harga kedelai di pasaran.

Direktur Indef Enny Sri Hartati mengatakan aturan tersebut mewajibkan para importir harus menjadi importir terdaftar, akibatnya Surat Persetujuan Impor (SPI) menjadi molor. Ketika surat ijin terlambat dikeluarkan, para spekulan di pasaran berpeluang memainkan harga.

Di samping itu, pemerintah pun dinilai memuluskan praktek kartelisasi kedelai dengan memberikan ijin impor yang tidak terdistribusi secara merata sehingga hanya dikuasai oleh beberapa pihak saja. Setidaknya, ada tiga importir yang menguasai sekitar 66,33% kuota impor kedelai.

Antara lain PT FKS Multi Agro dengan kouta impor mencapai 46,71% atau sebanyak 210.600 ton, disusul PT Gerbang Cahaya Utama dengan kuota impor 46.500 ton (10,31%), dan PT Budi Semesta Satria yang mendapatkan kuota impor 42.000 atau 9,31%.

“Dengan struktur kuota impor yang cenderung dikuasai kartel, ketika SIP molor, importir terbesar menahan stok, besar kemungkinan terjadi kelangkaan yang berujung pada melejitnya harga kedelai,” ucapnya dalam konfrensi pers, Selasa (10/9/2013).

Pasalnya, bila dilihat dari sisi permintaan yang menyebabkan kenaikan harga kedelai sama sekali tidak berpengaruh sebab tidak ada lonjakan permintaan yang berarti. Begitu pula dengan daya beli masyarakat yang dinilai masih tetap stabil di tengah tekanan inflasi.

“Permintaan tidak ada masalah, jadi persoalan ada pada pasokan.”

Begitu pula bila ditilik dari sisi eksternal, tim investigasi Indef tidak menemukan adanya keterkaitan yang signifikan antara harga di level internasional serta depresiasi nilai tukar rupiah dengan lonjakan harga kedelai dari Rp6.000 per kg menjadi Rp8.500 per kg.

Sebab, trend harga kedelai di pasar internasional relatif stabil bahkan pada Agustus 2013 harga kedelai di pasar internasional menurun dari US$577,4 per ton pada Juli menjadi US$523,63 per ton pada Agustus.

Demikian juga pada Juni hingga Agustus 2012 rata-rata kenaikan harga kedelai di pasar internasional hanya sekitar 7%.

Namun pada saat yang bersamaan kenaikan harga kedelai di Indonesia mencapai 30%.  (ra)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dewi Andriani
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper