Bisnis.com, JAKARTA — Perajin tahu dan tempe terancam kehilangan pendapatan hingga Rp200 miliar seiring rencana mogok produksi selama 3 hari.
Sekretaris Jenderal Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Suyanto mengatakan kenaikan harga kedelai yang semakin tidak terkendali membuat pihaknya akan melakukan mogok nasional mulai 9-11 September 2013.
“Mau tidak mau akan ada loss oportunity income hingga Rp200 miliar. Angka tersebut berasal dari penjualan hasil produksi selama 3 hari,” kata Suyanto kepada wartawan, Jumat (6/9/2013).
Dia menjelaskan aksi mogok produksi ini merupakan keputusan bersama. Sebanyak 9 perwakilan produsen tempe tahu dari 9 provinsi telah menyatakan kesediaannya.
Suyanto menambahkan harga kedelai terus merambat naik sampai pada kisaran Rp9.000-Rp10.000 per kilogram. Harga kedelai ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah.
Kenaikan harga ini membuat sebagian perajin yang berada di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur menutup usahanya. Dari total 115.000 perajin, kira-kira 10% sudah tidak beroperasi.
Perajin yang masih beroperasi menyiasati dengan menaikkan harga hasil produksi dan mengurangi volume. Namun, perajin yang sebagian besar berskala kecil ini tidak bisa mempertahankan usahanya jika harga tidak kunjung stabil.
Pihaknya berharap pemerintah segera menurunkan dan menstabilkan harga kedelai, merealisasikan swasembada kedelai, dan mengimplementasikan regulasi terkait stabilisasi harga. Regulasi yang dimaksud diantaranya Peraturan Presiden No. 32/2013, Peraturan Menteri Perdagangan No. 23/2013, No 26/2013, dan No. 37/2013.
Menurutnya, dampak yang dihasilkan dari regulasi adalah ketersediaan pasokan dalam negeri dan pengaturan harga di tingkat perajin sebagai referensi. “Kami menyesalkan akan keputusan wapres [wakil presiden] yang menghapus harga jual perajin karena harga bisa semakin tidak terkendali.”