Bisnis.com JAKARTA- Kinerja industri manufaktur pada Agustus 2013, berdasarkan purchasing managers index (PMI) yang dirilis oleh HSBC menunjukkan keterpurukan sektor manufaktur di Indonesia secara keseluruhan.
Hal ini dilihat dari output, permintaan baru, dan bisnis ekspor, dan penggajian yang terus menurun. Penurunan tersebut merupakan laju tercepat dalam sejarah survei.
PMI manufaktur dalam negeri pada Agustus tercatat 48,5 atau menurun 2,2 poin dibandingkan dengan indeks Juli 50,7. Su Sian Lim, Ekonom Asean di HSBC mengatakan melemahnya permintaan domestik maupun permintaan asing merupakan salah satu faktor penyebab keterpurukan kondisi manufaktur pada Agustus.
Menurutnya, ini merupakan kondisi terburuk selama empat bulan berturut-turut dalam PMI, dan menandai catatan terendah sejak Mei 2012.
Peningkatan inflasi, seperti yang ditunjukkan oleh tingginya harga input dan output tampaknya akan terus menghambat permintaan domestik dalam periode terdekat.
Sementara itu, permintaan asing diprediksi hanya akan meningkat perlahan-lahan, seperti yang dilaporkan oleh data PMI Cina yang mencatat sedikit di atas 50,0 di bulan yang sama,” katanya dalam rilisnya, Senin (2/9/2013).
Dilaporkan, kondisi operasional pada perekonomian sektor manufaktur, turun pada posisi terendah dalam lima belas bulan dan mengindikasikan keterpurukan kondisi bisnis Indonesia.
Penurunan ini menggambarkan kontribusi negatif empat dari lima sub-indeks, kecuali waktu pengiriman.
Kemudian, bisnis ekspor baru menurun sejak tiga bulan berjalan pada Agustus, sedangkan permintaan baru pertama kali mengalami penurunan total sejak Mei 2012.
Begitu juga dengan volume pesanan baru, menurun dengan laju terkuat sejak April 2011. Sektor manufaktur Indonesia menyebutkan bahwa permintaan asing maupun domestik semakin melemah.
Kemudian, Agustus ini, perusahaan-perusahaan mulai mengurangi tingkat produksinya untuk pertama kalinya Januari.
“Akan tetapi, penurunan berada pada tingkat sedang.Pembelian input juga menurun selama bulan terakhir, mengakhiri periode enam bulan pertumbuhan.”
Aktivitas pembelian turun pada laju solid dan merupakan yang tercepat dalam sejarah survei. Dengan menurunnya pembelian output dan input, kepemilikan saham sektor manufaktur di seluruh Indonesia menipis.
Bahkan, inventaris pra-produksi sangat menurun pada laju tercepat sejak April 2011. Stok barang jadi juga menurun pada laju yang kuat dan yang paling terlihat jelas dalam 21 bulan.
Menurut Lim, melemahnya permintaan klien dan kapasitas produksi berakibat pada volume pekerjaan yang sedang di tangani (tapi belum diselesaikan) menjadi lebih rendah.
Penumpukan kerja sektor produksi barang di seluruh Indonesia menipis dengan laju tercepat sejak Juni 2012. Jumlah tenaga kerja pada sektor manufaktur di Indonesia menurun pada bulan Agustus untuk pertama kalinya dalam lima bulan.
Adapun untuk angka pengangguran berada pada tingkat sedang, meski merupakan yang tercepat sepanjang sejarah survei.
Beberapa perusahaan menyatakan bahwa pemutusan hubungan kerja (PHK) sukarela belum digantikan dan beberapa lainnya menyatakan jumlah tenaga kerja dikurangi seiring dengan volume pesanan yang lebih rendah.
Selain itu, harga rata-rata yang dibayarkan untuk bahan baku dan barang setengah jadi juga meningkat pada Agustus, di tengah-tengah laporan tingginya harga bahan bakar dan depresiasi nilai rupiah terhadap dolar AS.
“Keseluruhan tingkat inflasi biaya membaik dari posisi puncak di bulan Juli, namun tetap tangguh,” katanya.
Akibatnya, harga yang dikenakan oleh sektor manufaktur jauh lebih tinggi di bulan selanjutnya. Namun demikian, kisaran inflasi biaya membaik hingga tingkat terendah pada tahun ini. (ra)